Laman

08 Februari 2012

Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
 Disarikan oleh: Sri Hendrawati

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Mengapa demikian? Oleh karena dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Meteri pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspotiori lebih menekankan kepada proses bertutur maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk

 Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori. Pertama,  strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu, sering orang mengidentikannya  dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga,  tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memamahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali  materi yang telah diuraikan.  

Strategi pembelajaran ekspositori, merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah, merupakan bentuk strategi ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori  akan efektif manakala:
  • Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan  yang akan dan harus dipelajari  siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti misalnya konsep-konsep tertentu, prosedur atau rangkaian aktivitas dan lain sebagainya.
  • Jika guru menginginkan agar siswa memiliki gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa dapat mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.
  • Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan  cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misalnya materi pelajaran hasil  penelitian berupa data-data khusus.
  •  Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. Misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan  untuk meningkatkan morivasi belajar siswa.
  • Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan  suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktek. Prosedur tersebut biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan suatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.
  • Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
  • Jika guru akan mengajar pada sekolompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian  (Ross & Kyle, 1987) strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students).
  • Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
  •  Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Prinsip-prinsip Penggunaan SPE

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran dapat dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini.
 
1.   Berorientasi pada tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti  proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran.; justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Oleh karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya,  tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau  berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, oleh karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita dapat mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir tarap rendah tidak perlu dirumuskan; justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.

2.  Prinsip komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseoramg (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam  hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi yang bagaimanapun sederhananya selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan.  Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala  pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh; dan sebaliknya, sistem konukasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkapn setiap pesan yang disampaikan.  Kesulitan menangkap pesan itu bisa terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses  penyampaian, maka prinsip kumunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya bagaiana upaya yang dapat dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang dapat mengganggu proses komunikasi.

3.  Prinsip Kesiapan

Dalam teori belajar koneksionisme, ”kesiapan” merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikhis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan materi  pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. Seperti halnya kerja sebuah komputer, setiap data yang dimasukkan akan dapat disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file untuk menyimpan data. Setiap data tidak mungkin dapat disimpan manakala belum tersedia filenya. Oleh karena itu sebelum kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita yakinkan apakah dalam otak anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis informasi yang akan disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka terlebih dahulu harus kita sediakan dahulu file yang akan menampung setiap informasi yang akan kita sampaikan.

d.  Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat medorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan (disequalibrium),  sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.

Prosedur Penggunaan SPE

Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan strategi ini.

1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai

Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang spesifik, seperti yang telah dijelaskan di atas dapat memperjelas kepada arah yang ingin dicapai. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektifitas dan efesiensi penggunaan strategi ini. Sering terjadi, proses pembelajaran dengan cara bertutur, guru terlena dengan pembahasan yang dilakukannya, sehingga materi pelajaran menjadi melebar,  tidak fokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, hal ini tidak akan terjadi. Sebab, tujuan yang harus dicapai akan menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

2. Kuasai materi pelajaran dengan baik

Pernahkah Anda mengalami dalam suatu proses pembelajaran Anda merasakan adanya  perilaku guru yang tidak wajar? Misalkan guru menyuruh Anda untuk menulis materi pelajaran dalam buku catatan dengan cara mendikte; ketika menjelaskan materi pelajaran suara guru tidak jelas; guru tidak pernah memandang Anda; atau selama pembelajaran berlangsung, guru tidak pernah bangkit dari tempat duduknya dan lain sebagainya? Apa yang Anda rasadakan ? Anda kurang bergairah dalam belajar, bukan? Anda malas Anda ngantuk dan lain sebagainya. Nah perilaku guru yang demikian bisa disebabkan oleh kurangnya guru menguasai matarei pelajaran.  Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ekspositori.  Penguasaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas; ia akan bebas bergerak; berani menatap siswa; tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran dan lain sebagainya. Sebaliknya, manakala guru kurang menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, ia akan kurang percaya diri sehingga ia akan sulit bergerak; takut melakukan kontak mata dengan siswa; menjelaskan materi pelajaran serba tanggung dengan suara yang pelan dan miskin ilustrasi dan lain sebagainya. Akibatnya? Ia akan sulit mengatur irama dan iklim pembelajaran. Guru akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku–perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.
            Agar guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua,  persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya. Ketiga,  buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar.

3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses  penyampaian

Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya, pertama, latar belakang audience atau siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa, dn lain sebagainya. Kedua,  kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk maupun kelengkapan  ruangan itu sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu diperlukan untuk mengatur tempat duduk dan atau untuk menempatkan media yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layar OHP atau LCD disimpan, dimana sebaiknya gambar di pasang dan lain sebagainya.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori,  yaitu:
  1. Persiapan (preparation)
  2. Presentation (penyajian)
  3. Menghubunngkan (correlation)
  4. Menyimpulkan (Generalization)
  5. Penerapan (aplication)
Setiap langkah itu diuraikan di bahwah ini.

1. Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori  langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai  dalam   melakukan persiapan adalah: 
  • Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
  • Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
  • Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
  • Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:

a.  Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif

Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya sugesti yang negatif dapat mematikan semanagat belajar. Perhatikan contoh sugesti  yang negatif yang diberikan oleh guru sebelum ia menyajikan materi pelajaran.


Anak-anak hari ini kita akan mempelajari materi pelajaran tersulit yang pernah kalian pelajari. Banyak, bahkan hampir semua kakak-kakak kelas kalian yang gagal menguasai materi ini. Oleh sebab itu kalian harus bersungguh-sungguh untuk belajar agar tidak mendapatkan nasib seperti yang dialami oleh kakak-kakak kelas kalian.

Apa yang Anda rasakan seadainya guru  Anda berkata  demikian sebelum ia memulai pelajaran? Ya, pasti dalam bayangan Anda, Anda akan merasa berat untuk mempelajari materi pelajaran yang akan disampaikan,. Seakan-akan Anda akan menghdapi pekerjaan yang sangat ”wahhh..” Sehingga sebelum belajar dimulai energi Anda sudah terkuras habis, selanjutnya Anda pun tidak akan bergairah untuk belajar. Manakala perasaan itu muncul, jangan harapkan proses pembelajaran akan menghasilkan sesuatu yang kita haraapkan. Coba Anda bandingkan dengan pernyataan guru di bawah ini.


 

Anak-anak hari ini kita akan mempelajari materi pelajaran yang penuh dengan tantangan dan sangat mengasyikan. Memang dulu, ada kakak kelas kalian yang kurang menguasai materi ini. Saya kira, hal ini disebabkan karena mereka kurang bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Oleh sebab itu saya harapkan Kalian untuk meningkatkan sedikit motivasi untuk belajar, agar materi pelajaran yang sangat penting ini dapat Kalian  kuasai dengan optimal.


Pernyataan di atas berbeda dengan pernyataan sebelumnya, bukan? Ya, pernyataan di atas merupakan pernyataan yang dapat mendorong siswa kita untuk belajar lebih giat. Inilah yang dimaksud dengan memberikan sugesti yang positif.  Siswa tidak akan merasa dibebani, justru mereka akan merasa tertantang untuk mempelajari materi pelajaran yang akan disampaikan itu.

b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai

Mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa yang harus mereka kuasai serta  mau dibawa kemana mereka. Dengan demikian tujuan merupakan ”pengikat” baik bagi guru maupun bagi sisiwa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh guru. Dalam pembelajaran guru langsung menjelaskan materi pelajaran. Dengan demikian bagi siswa akan mengalami kesulitan, sebab mereka memerlukan waktu untuk beradaptasi terhadap materi pelajaran yang dibahas. Bahkan, sering terjadi untuk sisiwa tertentu  proses adaptasi memerlukan waktu yang cukup lama. Artinya walalun sudah lama guru bicara akan tetapi mereka belum mengerti apa yang hendak dicapai oleh pembicaraan guru.

c. Bukalah file dalam otak siswa

Coba Anda bayangkan, seandainya seorang guru  menyampaikan materi pelajaran yang sama sekali asing bagi Anda, artinya materi itu sama sekali materi yang belum Anda kenal. Anda akan sulit menangkap materi yang disampaikan itu, bukan? Apalagi apabila dalam menyampaikan materi itu guru menggunakan istilah-istilah yang sama sekali asing ditelinga kita. 
Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak sisiwa, materi pelajaran akan dapat ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai. Artinya sebelum kita menyampaikan  materi pelajaran maka terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa, biar materi itu dapat cepat ditangkap.

2. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan  yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini.

a. Penggunaan bahasa

Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa. Pertama, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami. Bahasa yang komunikatif  hanya mungkin muncul mahakala guru memiliki kemampuan bertutur yang baik. Oleh karenanya, guru dituntut untuk tidak menyajikan materi pelajaran dengan cara membaca buku atau teks  tertulis akan tetapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran secara langsung dengan bahasanya sendiri. Kedua, dalam penggunaan bahasa guru harus memperhatikan tingkat perkembangan audance atau siswa. Misalnya, penggunaan bahasa untuk anak-anak SD berbeda dengan bahasa untuk tingkat mahasiswa.

b. Intonasi suara

Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami  kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya. Pangaturan nada suara akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol, sehingga tidak akan mudah bosan.

c. Menjaga kontak mata dengan siswa

Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye contact) merupakan  hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap memperhatikan pelajaran.  Melalui kontak mata yang selamanya terjaga siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh guru, akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus menerus menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal diluar materi pelajaran.

d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan

Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke diantaranya. Pertama, joke  yang digunakan harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan joke hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan. Oleh sebab itu guru mesti paham kapan sebaiknya ia memunculkan joke-joke tertentu. Guru dapat memunculkan joke apabila dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang dapat dilihat dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara mereka memandang atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya dengan memain-mainkan alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain sebagainya.

3. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran  dengan  pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan  siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya, maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa. Sering terjadi, dalam suatu pembelajaran setelah siswa menerima materi pelajaran dari guru, ia tidak dapat menangkap makna untuk apa materi pelajaran itu dikuasai dan dipahami; apa manfaat materi  pelajaran yang telah disampaikan; bagaimana kaitan materi yang baru disampaikan dengan pengetahuan yang telah sejak lama  dimilikinya, dan lain sebagainya. Melalui langkah korelasi, semua pertanyaan tersebut tidak perlu ada, sebab dengan mengaitkan (mengkorelasikan) materi pelajaran dengan berbagai hal, siswa akan langsung memahaminya.

4. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan  guru. Kalau diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses penggunaan komputer, menyimpulkan adalah proses men-save data tersebut, sehingga data yang baru saja dimasukkannya  akan tersimpan dimemori, dan akan muncul kembali manakala dipanggil untuk digunakan. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pertama, dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan. Dengan cara demikian diharapkan sisiwa dapat menangkap inti materi yang telah disajikan. Kedua, dengan cara memberikan beberapa pertanyaan  yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Dengan cara demikian diharapkan siswa dapat mengingat kembali keseluruhan materi pelajaran yang telah dibahas. Ketiga¸ dengan carat maping melalui pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok materi.

5. Mengaplikasikan (Aplication)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajarn ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya pertama dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang seuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

Keunggulan dan Kelemahan SPE


1. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori  merupakan strategi     pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 
a.               Dengan stratagi pembelajaran ekspositori guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b.              Strategi  pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.               Melalui strategi pembelajaran ekspositori  selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa dapat melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.              Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat digunakan untuk  jumlah siswa dan ukuran kelas  yang besar.

2. Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, strtategi ekspositori juga memiliki kelemahan diantaranya
a.          Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
b.         Strategi ini tidak mungkin dapat melayani  perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
c.          Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,  hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d.         Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomukasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e.          Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran  lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah, dapat mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas, pada apa yang diberikan guru.
           
            Memperhatikan beberapa kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam melaksanakan stgrategi ini, guru perlu persiapan yang matang  baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran proses presentasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar