Strategi
Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Disarikan oleh: Sri Hendrawati
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan
strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Mengapa demikian? Oleh karena dalam strategi ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Meteri pelajaran
seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspotiori lebih menekankan kepada
proses bertutur maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori. Pertama, strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu, sering orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memamahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori, merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
(academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah, merupakan
bentuk strategi ekspositori. Strategi
pembelajaran ekspositori akan efektif
manakala:
- Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti misalnya konsep-konsep tertentu, prosedur atau rangkaian aktivitas dan lain sebagainya.
- Jika guru menginginkan agar siswa memiliki gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa dapat mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.
- Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus.
- Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. Misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan morivasi belajar siswa.
- Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktek. Prosedur tersebut biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan suatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.
- Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
- Jika guru akan mengajar pada sekolompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle, 1987) strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students).
- Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
- Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Prinsip-prinsip Penggunaan SPE
1. Berorientasi pada tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran
merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode
ceramah, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran.; justru tujuan itulah yang harus
menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Oleh karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini
sangat penting untuk dipahami, oleh karena tujuan yang spesifik memungkinkan
kita dapat mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang
benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis,
mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti
tujuan kemampuan berpikir tarap rendah tidak perlu dirumuskan; justru tujuan
itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.
2. Prinsip komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari
seseoramg (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam
hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai
dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru
berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi yang
bagaimanapun sederhananya selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi)
dari sumber pesan ke penerima pesan.
Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima
pesan secara utuh; dan sebaliknya, sistem konukasi dikatakan tidak efektif,
manakala penerima pesan tidak dapat menangkapn setiap pesan yang
disampaikan. Kesulitan menangkap pesan
itu bisa terjadi oleh berbagai gangguan
(noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan
(noise) tersebut memungkinkan
penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali
pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian, maka
prinsip kumunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan.
Artinya bagaiana upaya yang dapat dilakukan agar setiap guru dapat
menghilangkan setiap gangguan (noise)
yang dapat mengganggu proses komunikasi.
3. Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme,
”kesiapan” merupakan salah satu hukum belajar. Inti
dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat
dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan;
sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang
muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik
dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai
stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam
keadaan siap baik secara fisik maupun psikhis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan materi
pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. Seperti halnya
kerja sebuah komputer, setiap data yang dimasukkan akan dapat disimpan dalam
memori manakala sudah tersedia file untuk menyimpan data. Setiap data tidak
mungkin dapat disimpan manakala belum tersedia filenya. Oleh karena itu sebelum
kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita yakinkan apakah dalam otak
anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis informasi yang akan
disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka terlebih dahulu harus kita
sediakan dahulu file yang akan menampung setiap informasi yang akan kita
sampaikan.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus
dapat medorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan (disequalibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
Prosedur Penggunaan SPE
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori
terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru
yang akan menggunakan strategi ini.
1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang
harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil
belajar. Tujuan yang spesifik, seperti yang telah dijelaskan di atas dapat
memperjelas kepada arah yang ingin dicapai. Dengan demikian, melalui tujuan
yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga
akan diketahui efektifitas dan efesiensi penggunaan strategi ini. Sering
terjadi, proses pembelajaran dengan cara bertutur, guru terlena dengan
pembahasan yang dilakukannya, sehingga materi pelajaran menjadi melebar, tidak fokus pada permasalahan yang sedang
dibahas. Dengan rumusan
tujuan yang jelas, hal ini tidak akan terjadi. Sebab, tujuan yang harus dicapai
akan menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
2. Kuasai materi pelajaran dengan baik
Pernahkah Anda mengalami dalam suatu proses
pembelajaran Anda merasakan adanya perilaku guru yang tidak wajar? Misalkan guru
menyuruh Anda untuk menulis materi pelajaran dalam buku catatan dengan cara
mendikte; ketika menjelaskan materi pelajaran suara guru tidak jelas; guru
tidak pernah memandang Anda; atau selama pembelajaran berlangsung, guru tidak
pernah bangkit dari tempat duduknya dan lain sebagainya? Apa yang Anda
rasadakan ? Anda kurang bergairah dalam belajar, bukan? Anda malas Anda ngantuk
dan lain sebagainya. Nah perilaku guru yang demikian bisa disebabkan oleh
kurangnya guru menguasai matarei pelajaran. Penguasaan
materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi
ekspositori. Penguasaan materi yang
sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan
mudah mengelola kelas; ia akan bebas bergerak; berani menatap siswa; tidak
takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran
dan lain sebagainya. Sebaliknya, manakala guru kurang menguasai materi
pelajaran yang akan disampaikan, ia akan kurang percaya diri sehingga ia akan
sulit bergerak; takut melakukan kontak mata dengan siswa; menjelaskan materi
pelajaran serba tanggung dengan suara yang pelan dan miskin ilustrasi dan lain
sebagainya. Akibatnya? Ia akan sulit mengatur irama dan iklim pembelajaran.
Guru akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku–perilaku siswa yang dapat
mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Agar
guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar
yang mutakhir. Kedua, persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul
dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya. Ketiga, buatlah garis besar materi pelajaran yang akan
disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar.
3. Kenali medan dan berbagai hal yang
dapat mempengaruhi proses penyampaian
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal
penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru
dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses
penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan medan yang
harus dikenali diantaranya, pertama,
latar belakang audience atau siswa yang akan menerima materi, misalnya
kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, minat dan gaya belajar siswa, dn lain sebagainya. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan
besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk maupun kelengkapan ruangan itu sendiri. Pemahaman akan kondisi
ruangan itu diperlukan untuk mengatur tempat duduk dan atau untuk menempatkan
media yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layar OHP atau LCD disimpan,
dimana sebaiknya gambar di pasang dan lain sebagainya.
Keberhasilan
penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk
bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
Ada beberapa langkah dalam penerapan
strategi ekspositori, yaitu:
- Persiapan (preparation)
- Presentation (penyajian)
- Menghubunngkan (correlation)
- Menyimpulkan (Generalization)
- Penerapan (aplication)
Setiap langkah itu diuraikan di bahwah ini.
1. Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori langkah persiapan merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
- Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
- Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
- Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
- Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa
hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:
a.
Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif
Memberikan sugesti yang positif akan dapat
membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar.
Sebaliknya sugesti yang negatif dapat mematikan semanagat belajar. Perhatikan
contoh sugesti yang negatif yang
diberikan oleh guru sebelum ia menyajikan materi pelajaran.
Anak-anak hari ini kita akan mempelajari
materi pelajaran tersulit yang pernah kalian pelajari. Banyak, bahkan hampir
semua kakak-kakak kelas kalian yang gagal menguasai materi ini. Oleh sebab itu
kalian harus bersungguh-sungguh untuk belajar agar tidak mendapatkan nasib
seperti yang dialami oleh kakak-kakak kelas kalian.
Apa yang Anda rasakan seadainya guru Anda berkata
demikian sebelum ia memulai pelajaran? Ya, pasti dalam bayangan Anda,
Anda akan merasa berat untuk mempelajari materi pelajaran yang akan
disampaikan,. Seakan-akan Anda akan menghdapi pekerjaan yang sangat ”wahhh..”
Sehingga sebelum belajar dimulai energi Anda sudah terkuras habis, selanjutnya
Anda pun tidak akan bergairah untuk belajar. Manakala perasaan itu muncul,
jangan harapkan proses pembelajaran akan menghasilkan sesuatu yang kita
haraapkan. Coba Anda bandingkan dengan pernyataan guru di bawah ini.
Anak-anak hari ini kita akan mempelajari
materi pelajaran yang penuh dengan tantangan dan sangat mengasyikan. Memang
dulu, ada kakak kelas kalian yang kurang menguasai materi ini. Saya kira, hal
ini disebabkan karena mereka kurang bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya.
Oleh sebab itu saya harapkan Kalian untuk meningkatkan sedikit motivasi untuk
belajar, agar materi pelajaran yang sangat penting ini dapat Kalian kuasai dengan optimal.
Pernyataan di atas berbeda dengan pernyataan
sebelumnya, bukan? Ya, pernyataan di atas merupakan pernyataan yang dapat
mendorong siswa kita untuk belajar lebih giat. Inilah yang dimaksud dengan
memberikan sugesti yang positif. Siswa
tidak akan merasa dibebani, justru mereka akan merasa tertantang untuk
mempelajari materi pelajaran yang akan disampaikan itu.
b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan
yang harus dicapai
Mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam
setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa
yang harus mereka kuasai serta mau
dibawa kemana mereka. Dengan demikian tujuan merupakan ”pengikat” baik bagi
guru maupun bagi sisiwa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh guru. Dalam
pembelajaran guru langsung menjelaskan materi pelajaran. Dengan demikian bagi
siswa akan mengalami kesulitan, sebab mereka memerlukan waktu untuk beradaptasi
terhadap materi pelajaran yang dibahas. Bahkan, sering terjadi untuk sisiwa
tertentu proses adaptasi memerlukan
waktu yang cukup lama. Artinya walalun sudah lama guru bicara akan tetapi
mereka belum mengerti apa yang hendak dicapai oleh pembicaraan guru.
c. Bukalah file dalam otak siswa
Coba Anda bayangkan, seandainya seorang guru menyampaikan materi pelajaran yang sama
sekali asing bagi Anda, artinya materi itu sama sekali materi yang belum Anda
kenal. Anda akan sulit menangkap materi yang disampaikan itu, bukan? Apalagi
apabila dalam menyampaikan materi itu guru menggunakan istilah-istilah yang
sama sekali asing ditelinga kita.
Bagaikan
kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia
filenya. Demikian juga otak sisiwa, materi pelajaran akan dapat ditangkap dan
disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai.
Artinya sebelum kita menyampaikan materi
pelajaran maka terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa, biar
materi itu dapat cepat ditangkap.
2. Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian
materi pelajaran sesuai dengan persiapan
yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam
penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini.
a. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat
berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan bahasa. Pertama,
bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat komunikatif dan mudah
dipahami. Bahasa yang komunikatif hanya
mungkin muncul mahakala guru memiliki kemampuan bertutur yang baik. Oleh
karenanya, guru dituntut untuk tidak menyajikan materi pelajaran dengan cara
membaca buku atau teks tertulis akan
tetapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran secara langsung dengan
bahasanya sendiri. Kedua, dalam
penggunaan bahasa guru harus memperhatikan tingkat perkembangan audance atau
siswa. Misalnya, penggunaan bahasa untuk anak-anak SD berbeda dengan bahasa
untuk tingkat mahasiswa.
b. Intonasi suara
Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai
dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan
kapan ia harus melemahkan suaranya. Pangaturan nada suara akan membuat
perhatian siswa tetap terkontrol, sehingga tidak akan mudah bosan.
c. Menjaga kontak mata dengan siswa
Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak
mata (eye contact) merupakan hal yang sangat penting untuk membuat siswa
tetap memperhatikan pelajaran. Melalui
kontak mata yang selamanya terjaga siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh
guru, akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses
penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus menerus menjaga dan
memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan
mereka tertuju pada hal-hal diluar materi pelajaran.
d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan
Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk
menjaga agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa
yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke
diantaranya. Pertama, joke yang digunakan harus relevan dengan isi
materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya
joke muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan joke
hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan. Oleh sebab itu guru
mesti paham kapan sebaiknya ia memunculkan joke-joke tertentu. Guru dapat
memunculkan joke apabila dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang
dapat dilihat dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara mereka memandang
atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya dengan memain-mainkan
alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain sebagainya.
3. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada
lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya, maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa. Sering terjadi, dalam suatu
pembelajaran setelah siswa menerima materi pelajaran dari guru, ia tidak dapat
menangkap makna untuk apa materi pelajaran itu dikuasai dan dipahami; apa
manfaat materi pelajaran yang telah
disampaikan; bagaimana kaitan materi yang baru disampaikan dengan pengetahuan
yang telah sejak lama dimilikinya, dan
lain sebagainya. Melalui
langkah korelasi, semua pertanyaan tersebut tidak perlu ada, sebab dengan
mengaitkan (mengkorelasikan) materi pelajaran dengan berbagai hal, siswa akan
langsung memahaminya.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah
disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam
strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat
mengambil intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan
keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian siswa
tidak merasa ragu lagi akan penjelasan
guru. Kalau diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses
penggunaan komputer, menyimpulkan adalah proses men-save data tersebut, sehingga data yang baru saja
dimasukkannya akan tersimpan dimemori,
dan akan muncul kembali manakala dipanggil untuk digunakan. Menyimpulkan bisa
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pertama,
dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok
persoalan. Dengan cara demikian diharapkan sisiwa dapat menangkap inti materi
yang telah disajikan. Kedua, dengan
cara memberikan beberapa pertanyaan yang
relevan dengan materi yang telah disajikan. Dengan cara demikian diharapkan
siswa dapat mengingat kembali keseluruhan materi pelajaran yang telah dibahas. Ketiga¸ dengan carat maping melalui
pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok materi.
5. Mengaplikasikan (Aplication)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dalam proses pembelajarn ekspositori, sebab melalui langkah
ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini
diantaranya pertama dengan membuat
tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang seuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.
Keunggulan dan Kelemahan SPE
1. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering
digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya:
a.
Dengan stratagi pembelajaran ekspositori
guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian
ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan.
b.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
c.
Melalui strategi pembelajaran
ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa
dapat melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.
Keuntungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat digunakan untuk
jumlah siswa dan ukuran kelas
yang besar.
2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strtategi ekspositori juga memiliki
kelemahan diantaranya
a.
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin
dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak
secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu
digunakan strategi yang lain.
b.
Strategi ini tidak mungkin dapat
melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan
gaya belajar.
c.
Karena strategi lebih banyak diberikan
melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d.
Keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomukasi), dan kemampuan mengelola
kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
e.
Oleh karena gaya komunikasi strategi
pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah (one-way communication), maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan
sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah, dapat mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas, pada apa yang diberikan guru.
Memperhatikan
beberapa kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam melaksanakan stgrategi ini,
guru perlu persiapan yang matang baik
mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain
yang dapat mempengaruhi kelancaran proses presentasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar