Laman

08 Februari 2012

Model Pembelajaran

Model Desain Pembelajaran Sistemik
oleh: Sri hendrawati
Model desain pembelajaran sistemik  atau systematic design of instruction ( Dick dan Carey, 1990) seperti yang diperlihatkan dalam gambar  meliputi Sembilan langkah, yaitu :
1.    Mengidentifikasi tujuan umum instruksional
2.    Melaksanakan analisis instruksional
3.    Mengindenstifikasi perilaku dan karasteritik awal siswa
4.    Menuliskan tujuan khusus performa
5.    Mengembangkan butir tes acuan patokan
6.    Mengembangkan strategi instruksional
7.    Mengembangkan dan memilih materi atau bahan instruksional
8.    Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (Evaluasi sumatif tidak dimasukan dalam komponen desain system instruksional ini ) dan
9.    Melakukan revisi instruksional



1.
   Identifikasi Tujuan Instruksional

Proses desain instrusional dimulai dengan identifikasi satu atau lebih  permasalahan. Proses identifikasi pemasalahan  tersebut biasanya disebut needs assessment. Dalam identifikasi permasalahan ,pengembang sistem instruksional harus menangani proses  yang sangart luas dalam menggabungkan  sudut pandang siswa , orang tua dan masyarakat.

Identifikasi kebutuhan instruksional merupakan suatu  proses untuk :
  • Menemukan kesenjangan penampilan siswa , yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan mendapatkan pedidikan dan pelatihan pada masa lalu akibat keadaan lingkungannya
  • Mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan ; dan
  • Menentukan populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan instruksional.

Langkah yang dilakukan dalam identifikasi tujuan instruksional ini adalah :
  1.  Mengidentifikasi kesenjangan hasil produk atau prestasi siswa saat ini, dengan hasil yang seharusnya tau yang diharapkan.
  2. Menilai kesenjangan tersebut dari aspek : a.       tingkat signifikasi, b.      luas ruang lingkupnya, dan c.       pentingnya peranan kesenjangan tersebut terhadap masa depan lembaga atau program.
  3. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui pelaksanaan observasi, wawancara, dan analis logis.
  4. Mewawancari siswa untuk memisahkan antara mereka yang sudah dan belum pernah memperoleh  pendidikan  atau latihan . Siswa yang sudah pernah memperoleh pendidikan tersebut kemudian melanjutkan ke langkah ( 5 ) , sedangkan siswa yang belum pernah  mendapatkan pendidikan meneruskan ke langkah (7)
  5. Mengelompokan siswa yang pernah mendapatkan pendidikan dan latihan  ke dalam dua kelompok , yaitu kelompok  mereka yang sering  dan jarang mendapatkannya
  6. Kelompok yang sering ,endapatka pendidikan  dan latihan memberikan umpan balik  atas kekurangan yang ada, dan diminta mempraktekan kembali  sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diharapkan.
  7. Bagi mereka yang belum mepelajarinya, dirumuskan dalam tujuan instruksional umum.

2. Analisis Instruksional  
Analisis instruksional merupakan prose untuk menguraikan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis  dan sesuai dengan tuntutan lingkungan , dalam hal ini customers. Terdapat empat macam struktur perilaku, yaitu hierarkikal, pengelompokkan, dan kombinasi. Adapun langah-langkah  dalam melakukan analisis instruksional adalah sebagai berikut :
  • Menuliskan perilaku umum yang telah  dituliskan dalam  tujuan instruksional  umum menjadi tuntutan lingkungan tau pelanggan ;
  • Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi  bagian dari perilaku umum
  • Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam  suatu daftar  dalam urutan yang logis , dimulai dengan perilaku umum yang disesuai  dengan kondisi lingkungan;
  • Menambah perilaku khusus tersebut , atau menguranginya jika perlu;
  •  Menuliskan setiap perilaku khusus dalam dalam suatu lembar kartu;
  •  Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur yang hierarkikal, prosedural atau pengelompokan, menurut kedudukan kartu masing-masing terhadap kartu lain   
  • Kalau perlu tambahkan dengan perilaku khusus lain atau jika pelu kurangi jika dianggap lebih.
  •  Menggambarkan letak perilaku tersebut dalam kotak, kemudian menghubungkan masing-masing kotak tersebut;
  • Meneliti kemungkinan untuk menghubungkan  perilaku umum  yang satu dengan yang lainnya, atau perilaku khusus di bawah perilaku umum
  • Memberi nomor urut dari setiap perilaku khusus, mulai dari terjauh sampai yang terdekat dari perilaku umum. Urutan tersebut menunjukkan perilaku yang diajarkan kepada siswa ; dan
  • Mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan teman  untuk  mendapatkan masukan

3. Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal      
Untuk mengatasi heterogennitas siswa sehingga pembealjaran dapat dilaksanakan secara maksimal, langkah-langkah berikut perlu menjadi bahan pertimbangan ;
  • Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan siswa
  • Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristis awal siswa
  • Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan karakteristik awal siswa disesuaikandengan kondisi lungkungan setempat
  • Menggunakan system instruksinal yang memungkinkan siswa untuk maju menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing, dan
  • Memberi supervisi kepada siswa secara individual
Indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ditunjukkan agar pendesain kurikulum dapat merumuskan populasi sasaran instruksional. Terdapat tiga macam sumber yang dapat member informasi , yaitu siswa, guru dan pengelola program. Teknik yang digunakan dalam proses identifikai tersebut adalah kuesioner,wawancara, observasi, dan tes.

4. Penulisan Tujuan Performa atau Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus digunakan dalam penyusunan tes. Oleh karena itu , tujuan harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes, yang dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya.
Dalam mengembangkan tujuan khusus, harus diperhatikan unsur behavioral atau perilaku yang akan dicapai, batasan yang dikenakan kepada siswa atau alat yang digunakan siswa ketika ia tes, dan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut.

5. Pengembangan Butir Tes Acuan
Butir tes acua adalah butir tes yang digunakan untuk mengukur tingkat  penguasaan siswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus. Prosedur pengembangan tes adalah sebagai berikut :
a. Menuliskan berbagai arahan;
b. Mengembangkan instumen yang meliputi ;
1.    Identifikasi unsure-unsur yang akan dievaluasi
2.    Membuat penulisan dalam bentuk baru dari unsure-unsur tersebut
3.    Membuat sekuens unsur-unsur pada instrumennya
4.    Memilih tipe penilaian yang dibuat oleh penilai, dan
5.    Menentukan bagaiman instrument diberi skor.
c. Memutuskan dan memastikan unsure-unsur dapat diobservasi
d. Mengembangkan daftar cek
e. Membuat skala penilaian
f. Membuat respon format perhitungan
g. Membuat prosedur penilaian skor; dan
h. Mengevaluasi instrumen

6. Pengembangan Strategi Instruksional 
            Suatu strategi instruksional menggambar komponen umum dari sejumlah materi instruksional dan prosedur yang akan digunakan  pada materi agar menghasilkan outcome dan hasil  tertentu sesuai dengan  yang telah ditetapkan.
Strategi instruksional terbagi menjadi empat komponen utama yaitu urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu. Adapun tahap kegiatan instruksional terdiri atas ;
  • Pendahuluan , yaitu mengarahkan perhatian siswa  terhadap tugas pembelajaran dengan  menjelaskan keuntungan  dalam mencapai tujuan , dan menghubungkan pembelajaran sebelumnya;
  • Presentasi , yaitu mengiformasikan sejumlah fakta , konsep, prosedur. Isi presentasi  dapat beragam , tergantung jenis tugas yang harus dicapai  dan perilaku awal siswa , misalnya dengan mengadakan pra –tes;
  • Latihan transisi, yaitu menjembatani jurang antara perilaku awal siswa dengan perilaku yang ditetapkan ( patokan)
  • Bimbingan, yaitu melatih dan mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahan;
  • Umpan balik
  • Praktik ; dan
  • Tes Formatif
 7. Pengembangan Bahan Instruksional
Bahan atau materi instruksional yang dikembangkan bergantung pada kegiatan instruksional  yang dilaksanakan berserta implementasinya . Pada dasarnya , pengembangan materi instruksional dilakukan berdasarkan bentuk kegiatan instruksional yang dapat dibedakan menjadi tiga bentuk , yaitu :
a. Pengajar sebagai fasilitator dan siswa belajar sendiri
b. Pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa belajar darinya ; dan
c. Pengajar sebagai penyaji bahan belajar yang dipilihnya
Dalam pengembangan dan implementasi materi instruksional ini harus diperhatikan sumber daya yang terdapat di lingkungan sehingga  dapat digunakan dengan seluas-luasnya agar pembelajaran menjadi bermakna.

8. Desain dan Pelaksanaan Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dipergunakan untuk memperoleh data agar dapat  merevisi pengajaan menjadi efektif dan efesien dalam mencapai tujuan  instruksional yang ditetapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar