Laman

15 April 2012

BERPIKIR SISTEMIK


Systemic Thinking,  Systematic Thinking dan System Thinking

            Berpikir sistemik (Systemic Thinking)  adalah  sebuah cara untuk  memahami sistem yang kompleks dengan menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan yang terdapat didalam setiap unsur atau elemen penyusun sistem tersebut. Pada prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitru kemampuan berpikir analis dan berfikir sintesis. 

Ada beberapa istilah yang sering kita jumpai yang memiliki kemiripan dengan berpikir sistemik (systemic thinking), yaitu Systematic thinking (berpikir sistematik), Systemic thinking (berpikir sistemik), dan Systems thinking (berpikir serba-sistem). Jika dikaji, maka semua istilah itu berakar dari kata yang sama yaitu “sistem” dan “berpikir”, namun menunjukkan konotasi yang berbeda, karena itu memiliki tujuan yang berbeda pula.

Konsep sistem setidaknya menyangkut pengertian adanya elemen atau unsur yang membentuk kesatuan, lalu ada atribut yang mengikat mereka, yaitu tujuan bersama. Karena itu, setiap elemen berhubungan satu sama lain (relasi) berdasarkan suatu aturan main yang disepakati bersama. Kesatuan antar elemen (sistem) itu memiliki batas (boundary) yang memisahkan dan membedakannya dari sistem lain di sekitarnya.

Berpikir sistematik (sistematic thinking), artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas.

Berpikir sistemik (systemic thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Misalnya, bila kita melihat otak, maka akan terbayangkan sistem syaraf dalam tubuh manusia atau hewan. Bila kita melihat jantung akan terbayangkan sistem peredaran darah di seluruh tubuh.

Sementara itu berpikir sistemik (systemic thinking) adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan perkara lain di sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Systemic thinking lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Cara berpikir seperti berseberangan dengan berpikir fragmented-linear-cartesian. 

Berpikir sistemik (systemic thinking) mengkombinasikan antara analytical thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah) dengan synthetical thinking (memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan). Kita harus memahami dan akhirnya memadukan dua kemampuan dasar ini: melakukan Analisis dan Synthesis. Analisis adalah alat untuk memahami elemen-elemen suatu permasalahan. Misalnya, mengapa terjadi banjir dan longsor di suatu daerah? Maka, kita perlu meneliti: saluran air, kondisi tanah, aliran sungai, kondisi gunung atau hutan di hulu, dan curah hujan yang terjadi.

Setelah itu, kita melakukan sintesis, yakni proses untuk memahami bagaimana elemen-elemen itu berfungsi secara bersama-sama. Di sini kita dituntut memahami elemen-elemen tersebut secara mendasar sebelum memadukannya. Kita bisa melihat hubungan yang jelas antara curah hujan yang tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul, lalu menyebabkan aliran sungai yang sangat deras dan akhirnya menyembur ke daerah tertentu. Kondisi makin parah, apabila saluran air di daerah sangat buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang melimpah (banjir) dan kondisi tanah yang rawan hingga menyebabkan longsor.

Dalam interaksi antar elemen itu kita memahami bahwa segala hal merupakan bagian dari suatu sistem, dengan kata lain segala hal berinteraksi satu sama lain. Tak ada suatu perkara di atas muka bumi ini yang berdiri sendiri, sebab semuanya saling terkait. Memahami proses interaksi ini sulit karena selain banyak ragamnya, juga terkadang tidak tampak kasat mata, dan satu sama lain saling mempengaruhi, sehingga tak jelas faktor mana yang lebih dulu muncul.

Kita perlu pola dari interaksi antar elemen dalam suatu Sistem. Untuk memahami bekerjanya suatu sistem akan lebih mudah pada tingkat pola, bukan pada detailnya. Jika kita ingin memahami hutan, maka kita pandang secara keseluruhan, bukan mengamati pohonnya satu per satu. Berpikir serba-sistem adalah cara agar kita menemukan pola secara sadar dan proaktif.

Dalam satu persoalan yang kompleks, kita membutuhkan cara berpikir sistemik yang berbeda dengan cara konvensional. Ada dua langkah dalam menerapkan berpikir sistemik. Pertama, kita mendaftar dan menemukan elemen-elemen permasalahan yang ada. Kedua, menemukan tema atau pola umumnya. Hal ini berbeda jauh dengan mereka yang menerapkan berpikir non-sistemik, sebab mereka mungkin menemukan dan mendaftar sejumlah elemen permasalahan, tapi kemudian memilih elemen tertentu untuk menjadi fokus perhatian. Dalam hal itu, mereka mengabaikan elemen lain yang dipandang tak berpengaruh, padahal mungkin saja justru paling menentukan pola yang berkembang di dalam sistem.

Sistems thinking sedikit berbeda systemic thinking. Berpikir sistemik lebih menekankan pada pencarian pola-hubungan (Pattern), maka berpikir serba-sistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana (How) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman How tersebut, maka kita dapat menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vital dan solusi yang komprehensif, sehingga tidak menimbulkan masalah baru. 

Cara berpikir serba-sistem juga akan membentuk sikap yang sistemik dalam merespon permasalahan (systemic attitude), yakni suatu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main (rule of game) yang sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah aturan yang ditetapkan dalam sistem memang bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), namun pada saat yang sama memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak ada batasan fungsi yang jelas, maka setiap elemen itu akan saling bertabrakan dan malah berpotensi menghancurkan sistem secara keseluruhan. Di sinilah pentingnya, berpikir dan bertindak serba-sistem demi menjaga kesinambungan sistem sendiri. Pengubahan aturan main dimungkinkan dan dapat diperjuangkan melalui cara-cara legal-rasional, sehingga sistem itu tumbuh semakin sehat dan matang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar