Definisi Kepemimpinan
Oleh : Sri Hendrawati
Kepemimpinan berasal
dari akar kata pemimpin, menurut Wirawan (2002;65) maksudnya adalah orang yang
dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasikan
visinya. Kepemimpinan dengan sendirinya akan terjadi bila ada pemimpin yang
berusaha mempengaruhi pengikutnya, sedangkan menurut Koontz (1986;506)
kepemimpinan adalah pengaruh, kiat/seni, proses mempengaruhi orang-orang
sehingga mereka mau berusaha secara sepenuh hati dan antusias untuk mencapai
tujuan.
Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok
yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu pertama, mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau
berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Kedua, kepemimpinan harus diarahkan agar
orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang
ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling
bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam
implementasinya kepemimpinan TQM yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran
orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan-peningkatan mutu
kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan
mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara
terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan TQM.
Dalam
proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi
perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain
untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan
pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai
bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam
hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.
Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan
nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan
yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan
lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh
kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk
dalam kawasan affective.
Istilah
manajer dan pemimpin hendaknya tidak perlu dicampuradukkan, karena kepemimpinan
merupakan salah satu bagian dari manajemen. Manajer menjalankan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, komunikasi dan
pengawasan. Termasuk di dalam fungsi-fungsi itu adalah perlunya memimpin dan
mengarahkan. Zaleznik dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tidak semua
pemimpin adalah manajer.
Perbedaan antara pemimpin
dan manajer tampak dari kompetensi atau pun perannya masing-masing; yaitu:
pemimpin adalah orang yang dapat menentukan secara benar apa yang harus
dikerjakan; sedangkan manajer adalah
orang yang dapat mengerjakan secara benar semua tugas dan tanggung jawab yang
ditentukan. Leaders are people who do the
right thing; sedangkan managers are
people who do the things right (lihat antara lain Warren Bennis, 2000;
p.6). Sementara itu, Zales Nick (1977) membedakan antara managers dan leaders sebagai berikiut. Leaders “think about goals in
a way that creates images and expetations about the direction a bussiness
should take. Leaders influence changes in the way people think about what is
desireable, prosible or necessary”; sedangkan managers, on the other hand
tend to view work as a means of achieving goals based on the action taken by
workers”.
Dalam membandingkan
antara pemimpin dan manajer, Robert Heller meng-identifikasi
perbedaan-perbedaan berikut. Pemimpin mempunyai karakteristik “administer, originite, develop, inspire
trust, think long terms, ask what and why, watch the horizon, challenge status
quo, are their own people, do the right thing”; sedangkan manajer mempunyai karakteristik “implement, copy, maintain, control, think
short term, ask how and whwn, watch bottom line, accept status quo, are good
soldiers, do the things right” (Robert Heller, 1999).
Beranjak dari rumusan
pemimpin di atas secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan pada
dasarnya berarti kemampuan untuk memimpin; kemampuan untuk menentukan secara
benar apa yang harus dikerjakan. Menurut Gibson (1998), kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, yang
dilakukan melalui hubungan interpersonal dan proses komunikasi untuk
mencapai tujuan. Newstrom & Davis (1999) berpendapat bahwa kepemimpinan
merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja dengan
benar untuk mencapai tujuan. Sedangkan
Stogdill (1999) berpendapat bahwa kepemimpinan juga merupakan proses
mempengaruhi kegiatan kelompok, dengan maksud untuk mencapaia tujuan dan
prestasi kerja. Oleh karena itu,
kepemimpinan dapat dipandang dari pengaruh interpersonal dengan memanfaatkan
situasi dan pengarahan melalui suatu proses komunikasi ke arah tercapainya
tujuan khusus atau tujuan lainnya (Tanenbaum, Weschler & Massarik, 1981).
Pernyataan ini mengandung makna bahwa kepemimpinan terdiri dari dua hal yakni proses dan properti.
Proses dari kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh secara tidak memaksa, untuk
mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan dari para anggota yang diarahkan
pada pencapaian tujuan organisasi. Properti dimaksudkan, bahwa kepemimpinan memiliki
sekelompok kualitas dan atau karakteristik dari atribut-atribut yang dirasakan
serta mampu mempengaruhi keberhasilan pegawai (Vroom & Jago, 1988). Secara
praktis, kepemimpinan dirumuskan sebagai suatu seni memobilisasi orang-orang
lain (bawahan dan pihak lain) pada suatu upaya untuk mencapai aspirasi dan
tujuan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar