Laman

06 Februari 2012

INKUIRI

Model INKUIRI dalam Pembelajaran IPA

Model mengajar inkuiri merupakan salah satu model kognitif yang diunggulkan untuk pembelajaran IPA di sekolah. Perlunya guru IPA merancang pembelajaran IPA yang berbasis inkuiri telah ditekankan sejak lama oleh para pakar pendidikan dan pakar pendidikan IPA. Dalam NRC (2000) disebutkan bahwa inkuiri sebagai suatu proses penyelidikan masalah, formulasi hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Jadi dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa terlibat secara mental dan secara fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru.

Salah satu tujuan utama guru dalam pembelajaran berbasis inkuiri di kelas adalah membantu siswa memecahkan masalah dan berfikir kritis, sehingga dalam hal ini guru dan siswa mempunyai tanggung jawab yang baru dalam pembelajaran. Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran yang berbasis inkuiri ini sangat cocok digunakan pada pembelajaran IPA, karena dalam proses belajar mengajar IPA guru dituntut untuk membuat rencana pelajaran yang cocok untuk pembelajaran inkuiri dan tentu saja disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Pendekatan dan metode apapun yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar IPA, sudah semestinya menempatkan siswa sebagai pusat perhatian utama. Peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar ditekankan pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003). Lebih lanjut Esler (1993) mengatakan bahwa ada 4 hal penting mengapa mengajar dengan inkuiri perlu diberikan kepada siswa, yaitu; Pertama, memelihara rasa ingin tahu siswa; Kedua, melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran yang memerlukan keterampilan kognitif lebih tinggi; Ketiga, mengembangkan sikap positif siswa terhadap sains dan keempat, memberikan pengalaman konkrit bagi siswa yang belum mencapai tahap operasional.

Menurut Wainwright (2003) pembelajaran berbasis inkuiri adalah seni penciptaan situasi dimana siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi ini, siswa mengambil inisiatif untuk mengamati dan menanyakan fenomena, memperagakan penjelasan apa yang mereka lihat, merencanakan dan menentukan tes yang mungkin mendukung dan menentang teori mereka, menganalisis data dan menyimpulkan dari data percobaan. Pembelajaran IPA berbasis inkuiri akan bersifat aktif melibatkan siswa, belajar secara “hands on” dan eksperimen, belajar berdasarkan aktivitas, menggabungkan inkuiri dengan pendekatan discoveri, mengembangkan keterampilan proses melalui metode ilmiah. Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran IPA berbasis inkuiri akan melibatkan siswa dalam mencari pengetahuan secara aktif. Dengan kata lain pembelajaran berbasis inkuiri akan mengajak siswa untuk memuaskan keingintahuannya. Keingintahuan tersebut akan terpuaskan bila siswa sudah mampu membangun kerangka mental yang dapat menjelaskan pengalamannya dengan tepat.
Esensi pembelajaran IPA berbasis inkuiri adalah melibatkan siswa dalam masalah yang sesungguhnya dengan cara mengkonfrontasikan mereka ke dalam suatu hal penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah secara konseptual atau metodologis dan mengundang mereka untuk merancang cara penyelesaian masalah tersebut (Indrawati,2000). Sedangkan esensi lain dari pembelajaran IPA berbasis inkuiri adalah keterlibatan dalam pembelajaran yang membawa pada pemahaman. Keterlibatan dalam pembelajaran mengandung makna proses skill dan attitude yang memberi kesempatan untuk mencari pemecahan-pemecahan pada pertanyaan-pertanyaan dan isu-isu ketika membangun pengetahuan baru (Exline,2004).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas diketahui bahwa proses pembelajaran inkuiri melibatkan siswa dalam pembelajaran aktif untuk membangun pengertian dan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut bagi siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dan mengembangkan solusi atau mendukung pandangan tertentu terhadap suatu masalah. Penggunaan pembelajaran IPA berbasis inkuiri ini membantu siswa untuk lebih kreatif dan berpikiran luas. “Kesadaran dari perpaduan afektif dan kognitif merupakan bentuk perwujudan dari inkuiri ”(Alberta,2004).

Menurut Depdiknas (2003: 69) Proses-proses dalam pembelajaran berbasis inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan, mengembangkan beberapa sikap yaitu sikap obyektif, ingin tahu, terbuka dan bertanggung jawab. National Science Education Standard Amerika Serikat (NRC, 2000) juga menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran IPA yang didasari oleh inkuiri untuk grade K-4 ada lima aspek yang harus dimunculkan dalam upaya untuk menanamkan kemampuan inkuiri kepada siswa. Aspek-aspek tersebut meliputi; merumuskan masalah, merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan pengumpulan data, membuat penjelasan berdasarkan data hasil observasi serta mengkomunikasikan hasil penelitian. Sedangkan untuk grade 5 sampai dengan grade 8 ada delapan aspek yaitu; aspek merumuskan masalah; aspek merencanakan dan melaksanakan suatu penyelidikan sederhana; aspek menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data; aspek memberikan deskripsi, penjelasan, prediksi dan model berdasarkan bukti yang ada; aspek berfikir kritis dan logis untuk mengaitkan antara penjelasan dan bukti yang ada; aspek mengenali dan menganalisis penjelasan-penjelasan lain yang akan dibuat; aspek mengkomunikasikan prosedur dan hasil penyelidikan dan aspek menggunakan matematika pada semua aspek dalam Inkuiri.

Lebih lanjut National Science Education Standard (dalam Dyasi) menyatakan bahwa komponen utama dalam proses belajar mengajar sains berbasis inkuiri ”siswa-siswa pada semua kelas harus mempunyai kesempatan untuk menggunakan scientific Inquiry dan mengembangkan kemampuan berfikir dan melakukan sesuatu sesuai dengan inkuiri termasuk di dalamnya merumuskan masalah, merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan pengumpulan data, membuat penjelasan berdasarkan data hasil observasi serta mengkomunikasikan hasil penelitian.

Secara umum dalam pembelajaran IPA berbasis inkuiri diperlukan beberapa tahapan, yaitu: Pertama, penyajian masalah; kedua, pengumpulan dan verifikasi data (merumuskan hipotesis); Ketiga, pengumpulan data dan melaksanakan eksperimen; keempat, meneruskan penjelasan dan kelima, mengadakan analisa tentang proses inkuiri atau mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Pembelajaran IPA berbasis inkuiri yang dikehendaki adalah pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah, baik sikap ilmiah, proses ilmiah maupun produk ilmiah. Menjadi seorang guru yang berhasil khususnya dalam pembelajaran berbasis inkuiri, memerlukan sikap dan keterampilan yang mendorong siswa untuk berfikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Untuk itu seorang guru harus mampu bagaimana mengajarkan IPA dengan baik.

Mengajar IPA melalui inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Sedangkan guru IPA bertindak sebagai agen perubahan, membantu pengembangan perubahan dalam mengajarkan IPA, menyiapkan peralatan dan bahan, dukungan moral dan memberi motivasi. Sedangkan implikasi dari inkuiri dalam pembelajaran IPA menuntut guru untuk menyiapkan kegiatan yang memungkinkan siswa mengidentifikasi dan mereview informasi secara kritis. Menurut Sanjaya (2007), kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar