a. Mencari Pasangan
Teknik
belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
b. Bertukar Pasangan
Teknik
belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama
dengan orang lain.
c. Berpikir-Berpasangan-Berempat
Teknik
belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share)
dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran
Cooperative Learning. Teknik ini
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat ini memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
d. Berkirim Salam dan Soal
Teknik
belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa kesempatan untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga
akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat
oleh teman-teman sekelasnya. Kegiatan Berkirim Salam dan Soal cocok untuk
persiapan menjelang tes dan ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
e.
Kepala Bernomor
Teknik
belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk soling
membagikan ideide dan mempertimbangkanjawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja soma mereka.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
f.
Kepala Bernomor Terstruktur
Penulis
mengembangkan teknik belajar mengajar Kepala Bernomor Terstruktur sebagai
modifikasi Kepala Bernomor yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Kepala
Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa
belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan
rekan-rekan kelompoknya.
g.
Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik
belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two
Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan
bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal
Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak
diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup
di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang
lainnya.
h. Keliling Kelompok
Dalam
kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain.
i. Kancing Gemerincing
Teknik
belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kon‑
tribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
tribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
j. Keliling Kelas
Teknik
belajar mengajar Keliling Kelas bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik. Namun, jika digunakan untuk anak-anak
tingkat dasar, teknik ini perlu disertai dengan manajemen kelas yang balk
supaya tidak terjadi kegaduhan. Dalam kegiatan Keliling Kelas, masing-masing
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat
hasil kerja kelompok lain.
k.
Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Teknik
mengajar Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar soling berbagi
informasi pada scat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, maternatika,
dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini
adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Salah
satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar bisa digunakan
untuk semua tingkatan usia anak didik dan sangat disukai, terutama oleh
anak-anak.
l. Tari Bambu
Tari
Bambu sebagai modifikasi Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Di banyak kelas,
keinginan penulis untuk memakai Lingkaran Kecil Lingkaran Besar sering tidak
bisa dipenuhi karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak
ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran-lingkaran dan tidak
selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di
luar empat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan
model klasikal/ tradisional. Bahkan banyak penataan tradisional ini bersifat
permanen, yaitu kursi dan meja sulit dipindahkan.
Teknik
ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan
model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu
Filipino yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan
belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat
yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran,
seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran
yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan
pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antarsiswa.
m. Jigsaw
Teknik
mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
et al. sebagai metode
Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, matematika, agama, dan Bahasa. Teknik ini cocok untuk semua
kelas/tingkatan.
n. Bercerita Berpasangan
Teknik
mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dikembangkan
sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie,
1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca,
menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, dan bahasa.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan
dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar