Laman

15 April 2012

Teknik Belajar-Mengajar Cooperative Learning

a.  Mencari Pasangan
Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang me­nyenangkan.

b.  Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. 

c.  Berpikir-Berpasangan-Berempat
Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spen­cer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pem­belajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

d.  Berkirim Salam dan Soal
Teknik belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Kegiatan Berkirim Salam dan Soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

e. Kepala Bernomor
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberi­kan kesempatan kepada siswa untuk soling membagikan ide­ide dan mempertimbangkanjawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja soma mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

f. Kepala Bernomor Terstruktur
Penulis mengembangkan teknik belajar mengajar Kepala Bernomor Terstruktur sebagai modifikasi Kepala Bernomor yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.

g. Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya.

h.  Keliling Kelompok
Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontri­busi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

i.  Kancing Gemerincing
Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kon‑
tribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.

j.  Keliling Kelas
Teknik belajar mengajar Keliling Kelas bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Namun, jika digunakan untuk anak-anak tingkat dasar, teknik ini perlu disertai dengan manajemen kelas yang balk supaya tidak terjadi kegaduhan. Dalam kegiatan Keliling Kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain.

k. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Teknik mengajar Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk mem­berikan kesempatan pada siswa agar soling berbagi informasi pada scat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, maternatika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mem­punyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan me­ningkatkan keterampilan berkomunikasi. Lingkaran Kecil Lingkar­an Besar bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak.

l.  Tari Bambu
Tari Bambu sebagai modifikasi Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Di banyak kelas, keinginan penulis untuk memakai Lingkaran Kecil Lingkar­an Besar sering tidak bisa dipenuhi karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran-lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di luar empat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model klasikal/ tradisional. Bahkan banyak penataan tradisional ini bersifat permanen, yaitu kursi dan meja sulit dipindahkan.
Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipino yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam be­berapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antarsiswa.

m.  Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu penge­tahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan Bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.

n.  Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa di­gunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar