Laman

14 Desember 2010

TEORI SISTEM (1)

PENGERTIAN DAN FUNGSI TEORI
By: Sri Hendrawati

Teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (set of a statement) yang menjelaskan serangkaian hal. Ada tiga karakteristik utama sistem pernyataan suatu teori.

Pertama adalah bahwa pernyataan dalam suatu teori bersifat memadukan (unifying statement). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kaplan (1964,hlm.295) bahwa:

“A theory is a way of making sense of disturbingsituation, so as to allow us to allow us most effectively to bring to bear our reverfoiice of habits, and even more important, to modify habits or discard them together, reflacing new ones as the situations demans. And the reconstructured logic, accordingly, theory will appear as the device for interpreting, criticizing, and unifying established laws, modifying them to fit data unanticipated in their formation, and guiding the enterprise of discovering new and more powerful generalizations.”


Hal senada dikemukakan pula oleh Hall dan Lindsay (1970) yang menekankan sifat unifying sebuah teori dan diperkuat oleh pernyataan Snow (1973) bahwa “ in its simplest form, a theory is a symbolic instruction designed to bring generalizable fact (or laws) into sistematic connection. It consist of : a set of units (facts,concept, variables) and a sistem of relationships among the units.”

Karakteristik kedua adalah bahwa pernyataan sebuah teori berisi kaidah-kaidah yang bersifat universal (universal preposition). Hal ini didefinisikan oleh Rose (1953) bahwa karakteristik pernyataan sebuah teori meliputi definisi, asumsi, dan kaidah-kaidah umum. Dalam rumusan yang lebih kompleks, teori ini juga menyangkut hukum-hukum, hipotesis, dan deduksi-deduksi logis matematis.

Karakteristik ketiga merupakan ciri utama suatu teori, yaitu bahwa pernyataan sebuah teori bersifat meramalkan (predictive statement). Teori harus mampu menjangkau ke depan,, bukan hanya menggambarkan apa adanya, melainkan memiliki sifat meramalkan apa yang akan terjadi atas suatu hal. Hal ini dikemukakan oleh Travers (1960) bahwa “…a theory consist of generalizations intended to explain phenomena and that the generalizations must be predictive”.

Kerlinger (1973) mengemukakan definisi teori dengan suatu rumusan yang lebih menyeluruh yang mengandung tiga karakteristik utama suatu teori (unifying, universal preposition, dan predictive) kerlinger mengemukakan bahwa: “a theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions and preposition that present a sistematic view of phenomena by spscifying relations among variables with the purpose of explaining and predicting phenomena.”

Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut, maka dapat diperoleh suatu gambaran teori menjelaskan suatu kejadian yang menunjukkan suatu set yang universal. Adapun set yang universal ini terbentuk oleh tiga bagian. Bagian pertama adalah kejadian yang diketahui yang dinyatakan sebagai fakta, hokum atau prinsip. Bagian kedua dinyatakan dengan asumsi, preposisi dan postulat. Sedangkan bagian ketiga merupakan bagian dari set universal atau bagian dari keseluruhan yang belum diketahui. Menurut Sukmadinata (2002) , visualisasi hubungan antara bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada bagian berikut:



Keterangan :
ABC = set universal (keseluruhan)
A = kejadian-kejadian yang diketahui
B = kejadian-kejadian yang diasumsikan
C = kejadian-kejadian yang tidak diketahui

Teori yang dirumuskan memiliki beberapa fungsi, secara umum fungsi teori diantaranya adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi suatu hal. Brodbeck (1963) menambahkan bahwa “ a theory not oly explains and predict, it also unifies phenomena.”

Suatu teori dapat digunakan untuk mensistematikkan penemuan-penemuan penelitian dan memeberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak saling berhubungan. Sebuah teori juga merupakan suatu generator yang tidak ternilai dari hipotesa-hipotesa penelitian. Salah satu kegunaan teori adalah untuk menyampaikan pada para ilmuwan tempat menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan dimana kiranya letak segi keuntungan bila dilakukan suatu penelitian. Nilai heuristika yang dimiliki teori sangat penting untuk sebuah penelitian pada berbagai tingkatan. Namun perlu diperhatikan bahwa keuntungan ini dapat ditinjau dari dua segi. Suatu teori yang kurang baik konstruksinya atau suatu teori yang salah dalam pokok-pokok dasarnya, dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang salah, dank arena itu menyebabkan dilakukannya penelitian yang tidak terarah.

Mouly (1970) mengemukakan beberapa ciri-ciri suatu teori yang baik, yaitu:
1. A theoritical sistem must permit deduction which be tested empirically.
2. A theory must be compatible both with observation and with previously validated theories.
3. Theories must be stated in simple terms, that theory is best which explains the most in the simplest form.
4. Scientific theories must be based on empirical facts and relationships.

Sebuah teori dapat digunakan untuk melakukan perediksi. Fungsi ini mirip dengan fungsi yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori dapat melahirkan hipotesa-hipotesa, tetapi dengan implikasi yang lebih kuat. Suatu teori bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan berguna, melainkan teori juga dapat memperlihatkan apa yang diharapkannya untuk ditemukan, bila seseorang telah melakukan penelitian, eksperimen atau pengamatan.

Teori juga dapat digunakan untuk menjelaskan, dalam arti bahwa fungsi teori dalam hal ini adalah untuk menjawab pertanyaan mengapa. Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, dan mengapa manipulasi suatu variable dapat menghasilkan perubahan pada variable yang lainnya. Banyak kejadian yang ditentukan atau disebabakan oleh factor-faktor yang tidak diketahui, atau diketahui secara tidak sempurna, sehingga menuntut penjelasan secara teoritis.

Fungsi menjelaskan dari suatu teori luas sekali, dan kerap kali disalahgunakan. Setiap kejadian dapat dijelaskan oleh suatu teori selalma penjelasan itu masuk akal dan paling sedikit melibatkan kejadian yang diamati (Dahar). Suatu teori yang adekuat, bukan hanya menjelaskan dengan cara past hoc, melainkan dengan cara menghubung-hubungkan beberapa kejadian, kejadian yang satu dikaitkan dengan kejadian yang lainnya. Dengan demikian teori merupakan generator penjelasan-penjelasan.

Dalam usaha mendeskripsikan, menjelaskan dan membuat prediksi, para ahli terus mencari dan menemukan hukum-hukum baru dan hubungan-hubungan baru di antara hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikian mungkin terjadi di dalam suatu det kejadian, semua hukum dan interelasinya dapat dinyatakan dalam teori itu telah berkembang menjadi hukum yang lebih tinggi. Para ahli teori mencari hubungan baru dengan menggabungkan beberapa set kejadian menjadi suatu set kejadian yang baru yang lebih universal. Hal tersebut mendorong pencarian dan pengkajian selanjutnya untuk menemukan hukum-hukum bar dan hubungan baru dalam suatu teori baru. Sehingga diperoleh fungsi yang lebih besar dari suatu teori yaitu melahirkan teori baru.

Proses pembentukan suatu teori atau bagaimana proses teori berlangsung menurut Sukmadinata, terjadi melalui beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pendefinisian istilah merupakan hal yang sangat penting dalam berteori, terutama berkenaan dengan kejelasan atau ketepatan penggunaan istilah yang telah didefinisikan.

b. Klasifikasi yaitu pengelompokkan informasi-informasi yang relevan dengan kategori-kategori yang sejenis. Klasifikasi juga merupakan pengelompokkan fakta dan generalisasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen, tetapi tidak menjelaskan interelasi antar kelompok atau interaksi antara fakta dengan generalisasi dalam suatu kelompok.

c. Induksi dan deduksi merupakan dua proses penting dalam mengembangkan pernyataan –pernyataan teoritis setelah pendefinisian dan pengklasifikasian. Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang lebih bersifat umum dari fakta-fakta atau hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan deduksi merupakan penurunan kaidah-kaidah khusus dari kaidah yang lebih umum.

d. Pembentukkan suatu teori yang kompleks mungkin berpangkal dari inferensi-inferensi yaitu penyimpulan dari apa yang diaamati. Inferensi mungkin ditarik melalui perumusan asumsi, hipotesis, dan generalisasi dari hasil-hasil observasi. Sesuai dengan fungsi dari teori yaitu memberikan prediksi, teori juga berkembang melalui prediksi dan penelitian. Ada prediksi yang dibuktikan dengan suatu penelitian, tetapi ada juga prediksi yang tetap sebagai prsdiksi saja.

e. Cakupan teori sering menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak dan kompleks, maka untuk memberikan gambaran yang lebih konkret dan sederhana dibuatlah model-model. Model ini menggambarkan kejadian-kejadian serta interaksi antara kejadian.

f. Suatu teori yang telah mapan dan komprehensif mendorong untuk terbentuknya sub-subteori. Subteori ini cenderung memperluans lingkup dari suatu teroi dan juga memberikan penyempurnaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar