Laman

02 Februari 2021

PROBLEM SOLVING SRI



Model Pembelajaran Problem Solving SRI

“Story telling, Role playing, Instructional aids”

 Sri Hendrawati

SDN Ciateul Dinas Pendidikan Kota Bandung, Indonesia

cie.pelangi@yahoo.com

 

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving terkait pemecahan soal cerita pada materi addition and substraction di kelas satu sekolah dasar. Aktivitas pembelajaran yang dikembangkan mempadukan kegiatan story telling, role playing, serta instructional aids. Penyusunan Model Awal dilakukan dengan pendekatan lesson study, penulis melibatkan rekan sejawat pada saat ujicoba model di kelas satu yang berada di kota Bandung. Tahap selanjutnya pengembangan Model Awal dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics yang berada di Yogyakarta sehingga dihasilkan desain Model Problem Solving using Story telling, Role playing and using Instructional aids (PS SRI) setelah melalui serangkaian kegiatan pengembangan yang diadopsi dan diadaptasi dari model education design research yang terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) preliminary research, 2)  prototyping phase, 3) assessment phase (Nieven: 2006). Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil PKB, observasi pembelajaran, data pencapaian siswa serta analisis video tentang implementasi Model PS SRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung efektif sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran yang ditandai dengan pemberdayaan siswa secara aktif,  kegiatan yang menyenangkan, memberi kesempatan kepada siswa agar mampu belajar (learning to learn) serta mampu menyelesaikan masalah melalui kegiatan kolaboratif.

 Keywords: PS SRI models, problem solving, story telling, role Playing, instructional aids.

 PENDAHULUAN

Berdasarkan pengalaman mengajar penulis selama mengajar di kelas satu dan kajian empirik sharing pengalaman beberapa guru yang  yang dilakukan di kegiatan Kelompok Kerja Guru, pembelajaran menyelesaikan masalah berupa soal cerita bagi siswa kelas satu sekolah dasar tidaklah mudah. Hal ini mungkin dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah kemampuan membaca dan memahami isi bacaan (soal cerita) serta keterampilan berhitung. Hal lain yang nampak menyulitkan bagi siswa kelas satu adalah manakala pembelajaran di kelas hanya menekankan pada keterampilan berhitung secara simbolis dan kurang menyentuh keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah. Masalah dalam matematika dibagi menjadi dua, yaitu masalah rutin dan non rutin. Masalah rutin pada umumnya dapat dipecahkan oleh siswa lebih cepat dan mudah dibandingkan permasalahan non rutin, oleh karena itu pembelajaran di kelas sebaiknya mampu menstimulus siswa untuk dapat menyelesaikan masalah non rutin yang kontekstual sesuai dengan dunia anak dan kehidupan sehari-hari. Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita. Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek (Kemendikbud: 2012). Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Hal ini diungkapkan pula dari penelitian yang dilakukan oleh Daniel (1996) bahwa soal cerita yang mengandung masalah rutin yang dikemas secara kontekstual, dilengkapi dengan instruksi berupa kalimat kanonik  dapat dipecahkan dengan mudah oleh siswa kelas satu sekolah dasar dan pada tahap selanjutnya dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang mengandung masalah non rutin.

Lebih lanjut Holmes (1995) menyatakan bahwa latar belakang seseorang perlu belajar memecahkan masalah matematika adalah adanya fakta bahwa pada abad ke-21, orang yang mampu dan terampil memecahkan masalah hidup akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.

 

KAJIAN TEORI TENTANG PROBLEM SOLVING

Strategi umum pemecahan masalah yang populer sampai saat ini adalah strategi Polya yang sering disebut strategi Empat Langkah Polya. Strategi tersebut sebagai berikut: 1) Memahami masalah, 2) Membuat rencana pemecahan masalah, 3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah, 4) Membuat review atas pelaksanaan rencana pemecaha masalah. Strategi yang dapat digunakan untuk siswa kelas satu sekolah dasar pada dasarnya merupakan strategi sederhana yang diturunkan dari strategi Polya diantaranya adalah dengan cara trial and error atau guess and check, serta menggunakan logika berpikir. Strategi ini hampir selalu tepat untuk masalah yang melibatkan proses “coba dan gagal” (trial and error) dan masalah yang melibatkan alasan dalam penentuan jawabannya. Strategi ini membantu siswa untuk menyadari kenyataan bahwa tebakan yang bagus dalam matematika mendapat tempat dan tidak harus dihindari. Siswa akan belajar bahwa dalam beberapa masalah, tebakan yang bagus adalah cara untuk memulai membuat rencana pemecahan masalah karena tidak ada cara yang lain. Siswa akan menemukan bahwa strategi menebak dan mengecek berbeda dari perkiraan dalam memecahkan masalah. Perkiraan membantu untuk menilai solusi yang ditemukan dengan menggunakan strategi perkiraan. (Kemendikbud, 2012).

Karakteristik siswa kelas satu yang memiliki rentang konsentrasi pendek membutuhkan dukungan agar mereka memiliki ketertarikan terhadap yang sedang dipelajarinya termasuk matematika. Media pembelajaran seperti gambar, grafik/diagram atau objek yang menarik perhatian dapat membantu mengoptimalkan proses belajar siswa khususnya dalam pemecahan masalah matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner bahwa siswa sekolah dasar berada pada fase perkembangan konkret sehingga hal ini berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang harus melalui tiga tahap yaitu: 1) enaktif, 2) ikonik, dan 3) simbolik (PPTK Matematika, 2009). 

Pada tahap enaktif dan ikonik sebelum tahap simbolik, dapat digunakan metode story telling dan bermain peran (role playing) untuk menghadiran permasalahan real yang terkait dengan kehidupan nyata siswa. Kegiatan story telling dan role playing merupakan bentuk interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajarnya tentang suatu topik atau situasi. Dalam interaksi itu setiap siswa dapat melakukan peran secara terbuka sesuai dengan tuntutan cerita yang disampaikan dalam kegiatan story telling. Pada pembelajaran matematika di SD, metode role playing ini cocok diberikan pada pokok bahasan aritmetika sosial, seperti tukar menukar mata uang, jual beli dan lain-lain (PPPTK Matematika, 2009).

Selain penggunaan metode pembelajaran yang relevan, peranan media sangat penting dalam proses pembelajaran khususnya untuk membantu siswa memecahkan permasalahan terkait soal cerita pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Media adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Secara garis besar media dibedakan menjadi alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Efektivitas alat bantu tersebut terletak pada kemampuan guru dalam menggunakannya. (PPPTK Matematika, 2009).

Dalam Modul Usaid (2014) dikemukakan hasil riset yang dilakukan Salomon menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang diberikan lewat visual atau verbal. Sementara itu, Cowen menyatakan bahwa penggunaan media visual membuat kita lebih mengingat informasi daripada hanya sekadar menggunakan media teks (Usaid, 2014). Oleh karena itu, pemilihan alat bantu pembelajaran penting sekali untuk mendapatkan pertimbangan guru. Buku Besar (Big Book) dapat digunakan di kelas awal karena  memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat memilih Big Book yang isi cerita dan topiknya sesuai dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan, guru dapat membuat sendiri Big Book sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Big Book digunakan oleh guru saat ia sedang melakukan pemodelan membaca atau menulis bersama. Jenis buku ini akan diminati siswa karena tampilannya menarik perhatian mereka. Selain big book, penggunaan media gambar juga tak kalah penting untuk membantu siswa menyelesaikan permasalahan matematika. Media gambar sangat baik digunakan karena: 1) bersifat konkret dan menarik, 2)  dapat menunjukkan/mengilustrasikan suatu keadaan/ peristiwa yang realistis/empiris, 3) dapat mengatasi keterbatasan karena ia dapat menghadirkan benda, objek, atau peristiwa yang tak dapat dihadirkan ke dalam kelas, 4) murah dan mudah didapat, 5) mudah digunakan dan fleksibel. (Usaid, 2014).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pembelajaran matematika untuk siswa kelas satu sekolah dasar terkait pemecahan masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan dapat didesain dengan mengkolaborasikan beberapa metode, strategi serta dibantu pula dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa kelas satu. Pada penelitian ini desain model pembelajaran yang akan dikembangkan adalah Model Problem Solving SRI (Story telling, Role Playing, and using of Instuctional aids) untuk selanjutnya akan kita sebut Model PS SRI.

 

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan mengacu pada Model Education Design Research yang terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) preliminary research, 2)  prototyping phase, 3) assessment phase (Nieven: 2006). Tahapan ini dapat berlangsung secara terus menerus menyerupai siklus-siklus yang berputar mulai dari tahap 1-3 kemudian dilakukan refleksi dan dokumentasi, hasilnya digunakan lagi untuk melanjutkan siklus selanjutnya secara berulang mengulang tahap 1-3 hingga hasil yang dibutuhkan oleh peneliti terpenuhi. Untuk mempermudah memahami alur penelitian berikut disajikan gambar alur penelitian berikut.


Gambar 1. Alur Penelitian

Pada penelitian ini, penulis berperan sebagai peneliti dan juga guru model yang mengimplementasikan Model PS SRI. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penulis lebih tahu persis apa yang ingin dan akan dilakukan sehingga memudahkan dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan model hingga ke tahap finalisasi. Adapun pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini adalah: 1)  siswa kelas 1 yang berada di sebuah sekolah dasar di kota Bandung, siswa kelas 1 yang berada di sebuah sekolah yang berada di daerah istimewa Yogyakarta, 2) rekan sejawat di lingkungan sekolah kota Bandung dan Yogyakarta sebagai observer, 3) sepuluh orang guru matematika (SD, SMP dan SMA) peserta workshop Penyusunan Model Pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh Qitep in Math, dan 4)  tim ahli matematika dari Seameo Qitep in Mathematics.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa: 1) dokumen desain model PS SRI, 2) worksheet untuk siswa, 3) lembar observasi. Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif  yang dikumpulkan berupa: 1) dokumen desain model PS SRI mulai tahap awal hingga tahap finalisasi model, 2) data hasil observasi pembelajaran, 3) catatan jurnal workshop penyusunan model pembelajaran bersama Seameo Qtep in Mathematics, serta 4) data berupa hasil analisis rekaman video. Adapun data kuantitatif yang dikumpulkan berupa: 1) data nilai hasil pembelajaran siswa serta 2) data skoring hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran Model PS SRI yang dilaksanakan di dua sekolah tersebut. Data kuantitatif diolah secara statistik sederhana untuk mengetahui rata-rata nilai siswa dan skoring lembar observasi pembelajaran.

 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengembangan ini menghasilkan desain pembelajaran Model PS SRI melalui beberapa pengulangan tahapan model educational design research hingga menyerupai siklus. Siklus Awal merupakan kegiatan pengembangan Draft Desain Awal dengan pendekatan lesson study (plan, do, see) yang dilaksanakan di Kota Bandung hingga diperoleh Desain Awal Model PS SRI. Desain awal ini kemudian dikembangkan dalam kegiatan kolaboratif  Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics yang berkedudukan di Yogyakarta selama dua minggu (4-15 April 2016). Melalui kegiatan PKB bersama Qitep in math ini kegiatan pengembangan model menjadi semakin baik mulai tahap perencanaan dan penyusunan desain model, tahap uji coba model dan tahap perbaikan model hingga sampai pada tahap final. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. 

 

Tabel 1. Tahapan Pengembangan Model PS SRI

 

PS SRI

MODELS

 

DESIGN RESEARCH PHASE

TAHAP I

Preliminary Phase

TAHAP II

Prototyping Phase

TAHAP III

Asessment Phase

 

TAHAP IV

Systematic reflection and documentation

DRAFT

Draft Model Awal disusun mandiri oleh penulis sebagai pembelajaran tematik. Mata pelajaran yang dipadukan adalah Bahasa Indonesia, Seni Musik, Seni Rupa, dan Matema- tika. Alokasi waktu 5 x 35 menit (5jp). Kegiatan pembel- ajaran meliputi : 1) story telling, 2) role playing, 3) penu-gasan untuk menye-lesaikan soal cerita menggunakan alat bantu berupa work- sheet dan stiker gambar binatang.

Uji coba dilakukan di kelas 1 di sebuah SD Kota Bandung, dengan melibatkan rekan sejawat seba- gai observer dan pemberi masukan untuk memperbaiki draft desain model awal.

Dihasilkan Desain Model Awal

 

Evaluasi Disain Model Awal dilakukan oleh penulis berdasarkan data hasil belajar siswa, analisis video pembelajaran, serta masukan observer

Refleksi uji coba model awal menghasilkan dokumen “Desain awal Model PS SRI”.

 

Pembelajaran Matematika tematik dengan alokasi waktu 2x 35 menit (2jp).

 

Kegiatan pembelajaran meliputi : 1) story telling, 2) role playing, 3) penu gasan untuk menye-lesaikan soal cerita menggunakan alat bantu berupa work sheet dan stiker gambar binatang.

 

Alat bantu pembel- ajaran: big book, kelengkapan role playing (topi hewan: kambing, kuda, sapi), worksheet, gambar binatang ternak (stiker), smiley faces (dua warna).

 

 

SIKLUS  I

Disain Model Awal digunakan untuk disempurnakan menjadi Disain Model I melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Workshop Penyusunan Model Pembelajaran yang melibatkan 10 guru matematika lintas jenjang (SD, SMP, SMA) dan tim ahli yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics.

 

 

 

 

Dihasilkan Draft Desain Model PS SRI I

 

Validasi Desain Model Awal melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) presentasi desain model awal, 2) revisi desain awal, dan 3) peer teaching

 

 

 

Revisi Disain Model Awal: 1) revisi kegiatan pendahuluan, 2) revisi kegiatan inti khusus nya kegiatan role playing untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengeks-plore pemecahan masalah soal terbuka, 3) revisi big book agar lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, 4) penam- bahan alat bantu pembe-lajaran selain worksheet yaitu kartu-kartu soal.

 

Refleksi kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap I”.

 

Pembelajaran Matema-tika tematik dengan alo-kasi waktu 2x 35 menit (2jp).

 

Model PS SRI I dilengkapi Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

 

Alat bantu pembelajaran: big book, kelengkapan role playing (topi hewan: kambing, kuda, sapi), worksheet, gambar hewan ternak (stiker), smiley faces (dua warna), kartu soal (pelengkap worksheet) dan kelengkapan untuk membuat ranch area di kelas.

SIKLUS  II

“Desain Model PS SRI tahap I” akan diuji cobakan pada kelas satu di sekolah dasar Yogyakarta dan akan disempurnakan menjadi Model PS SRI II melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Uji Coba Model Pembelajaran yang melibatkan 3 guru matematika (SD, SMP) dan tim ahli yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics.

 

Dihasilkan Draft Desain Model PS SRI II

 

Validasi Draft Desain Model PS SRI II melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math.

Uji coba dilakukan di kelas 1 sebuah SD Yogyakarta dengan melibatkan tim ahli dari Seameo Qitep in Mathematics.

 

Revisi Draft Disain Model PS SRI II menjadi Desain PS SRI II dilengkapi Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

 

 

Refleksi kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap II”.

 

Model PS SRI II dilengkapi Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

 

Alat bantu pembelajaran: big book (versi revisi 1), kelengkapan role playing (topi rancher dan topi binatang: kambing, kuda, sapi), worksheet (versi revisi 1), gambar hewan ternak (stiker), smiley faces (dua warna), kartu soal pelengkap worksheet (versi revisi 1) dan kelengkapan untuk membuat ranch area di kelas.

 

SIKLUS  III

“Desain Model PS SRI tahap II” hasil uji coba

akan disempurnakan menjadi Draft Model PS SRI III melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Validasi Model Pembelajaran, penulisan laporan dan artikel yang melibatkan 3 guru matematika (SD, SMP) dan tim ahli yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics.

 

Validasi Desain Model II melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) refleksi real teaching, 2) analisis video pembelajaran, 3) analisis proses dan hasil pembelajaran

 

Dihasilkan Draft Desain Model PS SRI III

Draft Desain Model PS SRI III divalidasi oleh tim ahli dari Seameo Qitep in Mathematics menjadi Desain Model PS SRI III

Refleksi kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap III” yang merupakan desain final Model PS SRI.

 

Alat bantu pembelajaran: big book (versi revisi 2), kelengkapan role playing (topi rancher dan topi binatang: kambing, kuda, sapi), worksheet (versi revisi 2), gambar hewan ternak (stiker), smiley faces (berbagai warna), kartu soal pelengkap worksheet (versi revisi 1), dan kelengkapan untuk membuat ranch area di kelas.

 

Terdapat beberapa hal yang menjadi fokus peneliti dalam pengembangan Model PS SRI, yaitu: 1) aktifitas siswa, 2) aktifitas guru, 3) efektivitas proses pembelajaran dalam memfasilitasi kepemilikan keterampilan menyelesaikan masalah siswa, 4) ketepatan penggunaan metode pembelajaran dan strategi pemecahan masalah, 5) efektifitas pemanfaatan instuctional aids, dan 6) kelemahan dan keunggulan desain Model PS SRI.

Berdasarkan data hasil observasi dan analisis video pembelajaran menggunakan model PS SRI ini nampak bahwa  aktifitas siswa terkembangkan dengan baik. Pada saat kegiatan story telling, nampak sebagian besar siswa antusias mendengarkan cerita yang disajikan oleh guru. Tema tentang binatang ternak sangat menarik minat siswa untuk terlibat dalam kegiatan sehingga siswa tergiring masuk dalam problem possing yang diarahkan oleh guru melalui kegiatan tersebut. Hal ini menjadi starter yang baik untuk mengarahkan siswa pada kegiatan selanjutnya yaitu role playing.

Uji Coba 2

Uji Coba 1

 Gambar 2. Aktivitas guru dan siswa pada kegiatan story telling

 Kegiatan role playing diikuti oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara klasikal. Kegiatan role playing ini dapat memberikan stimulus kepada siswa untuk memecahkan permasalahan secara kolaboratif dengan strategi coba-coba/ trial and error/ guess and check dan menggunakan logika berpikir. Kegiatan role playing merupakan implikasi dari teori Bruner pada tahap enaktif dan ikonik sebelum ke tahap simbolik. Melalui kegiatan ini, desain pembelajaran menyediakan situasi yang mendekati real kehidupan nyata siswa sehingga memudahkan siswa untuk menemukan alasan dari setiap langkah dan keputusan yang diambil oleh siswa saat berupaya menemukan solusi permasalahan.

Uji Coba 1

Uji Coba 2

Gambar 3. Aktivitas guru dan siswa pada kegiatan Role Playing pada ujicoba 1 dan 2

 Kegiatan ini diharapkan mampu menjembatani siswa untuk kegiatan selanjutnya dalam menyelesaikan masalah khususnya masalah soal cerita yang bersifat terbuka (nonroutine problems). Siswa antusias mengikuti role playing secara bergantian di depan kelas menggunakan kelengkapannya berupa topi-topi bergambar binatang (sapi, kuda, kambing). Kegiatan menirukan suara binatang ternak yang muncul saat kegiatan role playing menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa untuk semakin terlibat dalam kegiatan. Ketika guru mengajukan permasalahan dengan cara membaca kartu soal, maka siswa berlomba untuk turut serta dalam mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah. Komunikasi dan interaksi positif terjalin antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajarnya. Pada kegiatan ini siswa juga diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap kooperatif, demokratis, dan berani mengambil keputusan berdasarkan alasan yang tepat.

Desain awal Model PS SRI yang dikembangkan sebelumnya tidak dilengkapi dengan hypothetical learning trajectory (HLT), hal ini menyebabkan kelemahan bagi aktivitas yang dilakukan guru. Guru cenderung lebih cepat memberikan bantuan dan arahan kepada siswa untuk menyelesaikan masalahnya dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menjelaskan alasan dari setiap langkah yang diambil dalam menyelesaikan masalah yang disajikan. Setelah melalui serangkaian kegiatan revisi model, maka memasuki tahap I dihasilkan Model PS SRI yang dilengkapi HLT. Desain Model PS SRI yang dilengkapi HLT ternyata secara signifikan mampu membantu guru dalam melaksanakan tahap demi tahap kegiatan pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan keterampilan siswa menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil observasi dan analisis video nampak bahwa guru dengan sabar membimbing siswa untuk menemukan sendiri strategi dan langkah yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan. HLT yang disusun dalam desain Model PS SRI ini juga memberikan alternatif alur pembelajaran berdasarkan prediksi dan kemungkinan respon siswa yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Perkiraan respon siswa yang disusun secara detail membantu guru memberikan respon dan mengambil/menentukan langkah terbaik berdasarkan respon siswa yang muncul dalam pembelajaran.

Uji Coba 1

Uji Coba 2

 Gambar 4. Interaksi positif guru dan siswa dalam learning how to learn

Berdasarkan data observasi dan analisis video pembelajaran, nampak model PS SRI memberikan kontribusi positif dalam proses belajar siswa. Proses pembelajaran model PS SRI didominasi oleh aktifitas siswa, sehingga kemampuan berpikir logika siswa terkembangkan melalui serangkaian aktifitas yang diberikan. Siswa belajar untuk belajar (learning how to learn) menyelesaikan permasalahan secara mandiri, tidak sekedar menjawab pertanyaan dengan benar semata. Guru bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan manager kelas yang bertanggung jawab penuh dalam kegiatan pembelajaran agar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan kondusif. Nampak bahwa classroom role yang disepakati guru dan siswa berjalan efektif sejak awal kegiatan pembelajaran hingga tahap penutup.

Gambar 6. Instructional aids

Pemilihan metode dan strategi pemecahan masalah yang digunakan dalam Model PS SRI ini nampaknya sesuai dan tepat digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas satu khususnya pemecahan soal cerita terkait operasi hitung campuran (penjumlahan dan pengurangan). Pemanfaatan instructional aids yang maksimal sangat mendukung kegiatan pembelajaran. Penggunaan Big book, worksheet, kartu soal, dan gambar-gambar binatang ternak memberikan kontribusi positif bagi pemahaman siswa terhadap soal cerita yang diberikan sehingga memudahkan siswa menentukan langkah untuk menemukan solusi dari masalah yang diberikan. Karakteristik siswa kelas satu dengan berbagai keunikannya memang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam memilih instructional aids yang sesuai. Model PS SRI yang dikembangkan dapat membantu guru dalam memilih instructional aids yang tepat untuk siswa dengan media sederhana, murah, dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Tentu saja hal ini memerlukan kemauan, kemampuan dan kreativitas guru dalam mendesain instructional aids yang dapat disesuaikan dengan tema-tema atau topik-topik yang akan dipilih oleh guru.

Gambar 5. Kegiatan PKB untuk menyempurnakan Model PS SRI

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, diperoleh beberapa keunggulan model PS SRI antara lain: 1) Model PS SRI mudah diaplikasikan karena dilengkapi dengan HLT dan instructinal aids, 2) model PS SRI fleksibel dan adaptif sehingga dapat digunakan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah pada umumnya, 3) Model ini terbuka bagi pengembangan kegiatan pembelajaran selanjutnya dengan mengikuti pola desainnya, sehingga dapat digunakan pula untuk soal cerita pada angka yang lebih besar (5-10, 10-15, dst), 4) Model PS SRI merupakan model PAKEM sehingga dapat menstimulus dan mengembangkan aktifitas siswa, 5) Model PS SRI efektif digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan permasalahannya. Selain keunggulan, tentu saja model ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1) karena adanya keterbatasan uji coba dalam implementasi model PS SRI, mungkin saja terdapat hal-hal lain yang luput dari pengamatan, 2) guru yang akan mengimplementasikan model PS SRI perlu mempelajari cara menyajikan story telling dan mengemas role playing agar hal ini dapat menjadi kekuatan dalam proses pembelajaran dan bukan sebaliknya menjadi titik lemah karena keterbatasn guru dalam mengelola kegiatan dan mengelola kelas, 3) guru perlu mengelola waktu dengan baik agar dapat menyajikan pembelajaran utuh (pendahuluan, inti, penutup) secara proporsional dan memberi ruang kepada siswa untuk eksplorasi, menemukan solusi dan mengkomunikasikan hasil temuannya baik secara individual maupun klasikal.

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain Model PS SRI yang dilengkapi dengan hypothetical learning trajectory (HLT) dapat dengan lebih mudah membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tahap demi tahap. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung efektif sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran yang ditandai dengan pemberdayaan siswa secara aktif,  kegiatan yang menyenangkan, memberi kesempatan kepada siswa agar mampu belajar (learning to learn) serta mampu menyelesaikan masalah melalui kegiatan kolaboratif.

  

Daftar Pustaka

Daniel, Lisa H. 1996. First Graders Solving Routine Word Problems by Modeling the Semantic Structure to Lead to the Undersatanding of nonroutine Problems. A Dissertation, Doctor of Education in The Department of Curriculum and Instruction. University of  New Orleans.

Holmes, Emma E.1995. New Directions in Elementary School Mathematics- Interactive Teaching and Learning. New Yersey: A Simon and Schuster Company

Kemendikbud. 2012. Modul Matematika. Pemecahan Masalah Terkait Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPPMP)

PPPPTK Matematika. 2009. Modul Matematika SD Program BERMUTU. Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika

Nieveen,et al. 2006. An Introduction to Educational Design Research. SLO Netherlands institute for curriculum development

USAID. 2014. Buku Sumber untuk Dosen LPTK. Pembelajaran Literasi Kelas Awal di LPTK. USAID Prioritas

 

 
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar