Model Pembelajaran Problem
Solving SRI
“Story telling,
Role playing, Instructional aids”
Sri Hendrawati
SDN Ciateul Dinas Pendidikan Kota Bandung, Indonesia
cie.pelangi@yahoo.com
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving
terkait pemecahan soal cerita pada materi addition and substraction di kelas
satu sekolah dasar. Aktivitas pembelajaran yang dikembangkan mempadukan
kegiatan story telling, role playing, serta instructional aids. Penyusunan Model Awal dilakukan dengan
pendekatan lesson study, penulis melibatkan rekan sejawat pada saat ujicoba
model di kelas satu yang berada di kota Bandung. Tahap selanjutnya pengembangan
Model Awal dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) yang difasilitasi oleh Seameo Qitep
in Mathematics yang berada di Yogyakarta sehingga dihasilkan desain Model Problem Solving using Story telling, Role playing
and using Instructional aids (PS SRI) setelah melalui serangkaian kegiatan
pengembangan yang diadopsi dan diadaptasi dari model education design research yang terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) preliminary
research, 2) prototyping phase, 3)
assessment phase (Nieven: 2006). Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari hasil PKB, observasi pembelajaran, data pencapaian siswa
serta analisis video tentang implementasi Model PS SRI. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung efektif sehingga siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran yang
ditandai dengan pemberdayaan siswa secara aktif, kegiatan yang menyenangkan, memberi
kesempatan kepada siswa agar mampu belajar (learning
to learn) serta mampu menyelesaikan masalah melalui kegiatan kolaboratif.
Keywords: PS SRI
models, problem solving, story telling, role Playing, instructional aids.
PENDAHULUAN
Berdasarkan pengalaman mengajar penulis selama mengajar di kelas satu dan
kajian empirik sharing pengalaman beberapa guru yang yang dilakukan di kegiatan Kelompok Kerja
Guru, pembelajaran menyelesaikan masalah berupa soal cerita bagi siswa kelas
satu sekolah dasar tidaklah mudah. Hal ini mungkin dipengaruhi beberapa hal
diantaranya adalah kemampuan membaca dan memahami isi bacaan (soal cerita)
serta keterampilan berhitung. Hal lain yang nampak menyulitkan bagi siswa kelas
satu adalah manakala pembelajaran di kelas hanya menekankan pada keterampilan
berhitung secara simbolis dan kurang menyentuh keterampilan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Masalah dalam matematika dibagi menjadi dua, yaitu
masalah rutin dan non rutin. Masalah rutin pada umumnya dapat dipecahkan oleh
siswa lebih cepat dan mudah dibandingkan permasalahan non rutin, oleh karena
itu pembelajaran di kelas sebaiknya mampu menstimulus siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah non rutin yang kontekstual sesuai dengan dunia anak dan
kehidupan sehari-hari. Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan
nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita. Soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek (Kemendikbud: 2012).
Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya. Hal ini diungkapkan pula dari penelitian yang dilakukan oleh
Daniel (1996) bahwa soal cerita yang mengandung masalah rutin yang dikemas
secara kontekstual, dilengkapi dengan instruksi berupa kalimat kanonik dapat dipecahkan dengan mudah oleh siswa
kelas satu sekolah dasar dan pada tahap selanjutnya dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yang mengandung masalah non rutin.
Lebih lanjut Holmes (1995) menyatakan bahwa latar belakang seseorang
perlu belajar memecahkan masalah matematika adalah adanya fakta bahwa pada abad
ke-21, orang yang mampu dan terampil memecahkan masalah hidup akan mampu
berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan
memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.
KAJIAN TEORI
TENTANG PROBLEM SOLVING
Strategi umum pemecahan masalah yang populer sampai saat ini adalah
strategi Polya yang sering disebut strategi Empat
Langkah Polya. Strategi tersebut sebagai berikut: 1) Memahami masalah, 2)
Membuat rencana pemecahan masalah, 3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah,
4) Membuat review atas pelaksanaan rencana pemecaha masalah. Strategi
yang dapat digunakan untuk siswa kelas satu sekolah dasar pada dasarnya
merupakan strategi sederhana yang diturunkan dari strategi Polya diantaranya
adalah dengan cara trial and error atau guess and check, serta menggunakan
logika berpikir. Strategi ini hampir selalu tepat untuk masalah yang melibatkan
proses “coba dan gagal” (trial and error) dan masalah yang melibatkan
alasan dalam penentuan jawabannya. Strategi ini membantu siswa untuk menyadari
kenyataan bahwa tebakan yang bagus dalam matematika mendapat tempat dan tidak
harus dihindari. Siswa akan belajar bahwa dalam beberapa masalah, tebakan yang
bagus adalah cara untuk memulai membuat rencana pemecahan masalah karena tidak
ada cara yang lain. Siswa akan menemukan bahwa strategi menebak dan mengecek berbeda dari perkiraan dalam memecahkan masalah. Perkiraan membantu untuk
menilai solusi yang ditemukan dengan menggunakan strategi perkiraan.
(Kemendikbud, 2012).
Karakteristik siswa kelas satu yang memiliki rentang konsentrasi pendek
membutuhkan dukungan agar mereka memiliki ketertarikan terhadap yang sedang
dipelajarinya termasuk matematika. Media pembelajaran seperti gambar,
grafik/diagram atau objek yang menarik perhatian dapat membantu mengoptimalkan proses
belajar siswa khususnya dalam pemecahan masalah matematika. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bruner bahwa siswa sekolah dasar berada pada fase perkembangan
konkret sehingga hal ini berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang harus
melalui tiga tahap yaitu: 1) enaktif, 2) ikonik, dan 3) simbolik (PPTK
Matematika, 2009).
Pada tahap enaktif dan ikonik sebelum tahap simbolik, dapat digunakan metode
story telling dan bermain peran (role playing) untuk menghadiran
permasalahan real yang terkait dengan kehidupan nyata siswa. Kegiatan story telling dan role playing merupakan bentuk interaksi antara siswa dengan guru,
siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajarnya tentang suatu topik
atau situasi. Dalam interaksi itu setiap siswa dapat melakukan peran secara
terbuka sesuai dengan tuntutan cerita yang disampaikan dalam kegiatan story telling. Pada pembelajaran
matematika di SD, metode role playing
ini cocok diberikan pada pokok bahasan aritmetika sosial, seperti tukar menukar
mata uang, jual beli dan lain-lain (PPPTK Matematika, 2009).
Selain penggunaan metode pembelajaran yang relevan, peranan media sangat
penting dalam proses pembelajaran khususnya untuk membantu siswa memecahkan
permasalahan terkait soal cerita pada operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan. Media adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Secara garis besar
media dibedakan menjadi alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media
pembelajaran (instructional media). Efektivitas alat bantu tersebut terletak
pada kemampuan guru dalam menggunakannya. (PPPTK Matematika, 2009).
Dalam Modul Usaid (2014) dikemukakan hasil riset yang dilakukan Salomon
menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang diberikan lewat
visual atau verbal. Sementara itu, Cowen menyatakan bahwa penggunaan media
visual membuat kita lebih mengingat informasi daripada hanya sekadar
menggunakan media teks (Usaid, 2014). Oleh karena itu, pemilihan alat bantu
pembelajaran penting sekali untuk mendapatkan pertimbangan guru. Buku Besar (Big
Book) dapat digunakan di kelas awal karena
memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat
memilih Big Book yang isi cerita dan topiknya sesuai dengan minat siswa
atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan, guru dapat membuat sendiri Big
Book sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Big Book digunakan
oleh guru saat ia sedang melakukan pemodelan membaca atau menulis bersama.
Jenis buku ini akan diminati siswa karena tampilannya menarik perhatian mereka.
Selain big book, penggunaan media gambar juga tak kalah penting untuk membantu
siswa menyelesaikan permasalahan matematika. Media gambar sangat baik digunakan
karena: 1) bersifat konkret dan menarik, 2) dapat menunjukkan/mengilustrasikan suatu
keadaan/ peristiwa yang realistis/empiris, 3) dapat mengatasi keterbatasan
karena ia dapat menghadirkan benda, objek, atau peristiwa yang tak dapat
dihadirkan ke dalam kelas, 4) murah dan mudah didapat, 5) mudah digunakan dan
fleksibel. (Usaid, 2014).
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pembelajaran matematika untuk siswa
kelas satu sekolah dasar terkait pemecahan masalah pada materi penjumlahan dan
pengurangan dapat didesain dengan mengkolaborasikan beberapa metode, strategi serta
dibantu pula dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa kelas satu. Pada penelitian ini desain model
pembelajaran yang akan dikembangkan adalah Model Problem Solving SRI (Story
telling, Role Playing, and using of Instuctional aids) untuk selanjutnya
akan kita sebut Model PS SRI.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
mengacu pada Model Education Design
Research yang terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) preliminary research, 2) prototyping phase, 3) assessment phase (Nieven:
2006). Tahapan ini dapat berlangsung secara terus menerus menyerupai
siklus-siklus yang berputar mulai dari tahap 1-3 kemudian dilakukan refleksi
dan dokumentasi, hasilnya digunakan lagi untuk melanjutkan siklus selanjutnya
secara berulang mengulang tahap 1-3 hingga hasil yang dibutuhkan oleh peneliti
terpenuhi. Untuk mempermudah memahami alur penelitian berikut disajikan gambar
alur penelitian berikut.
Gambar 1. Alur Penelitian
Pada penelitian ini, penulis berperan sebagai peneliti dan juga guru
model yang mengimplementasikan Model PS SRI. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa penulis lebih tahu persis apa yang ingin dan akan dilakukan
sehingga memudahkan dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan model hingga ke
tahap finalisasi. Adapun pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini adalah:
1) siswa kelas 1 yang berada di sebuah
sekolah dasar di kota Bandung, siswa kelas 1 yang berada di sebuah sekolah yang
berada di daerah istimewa Yogyakarta, 2) rekan sejawat di lingkungan sekolah
kota Bandung dan Yogyakarta sebagai observer, 3) sepuluh orang guru matematika
(SD, SMP dan SMA) peserta workshop Penyusunan Model Pembelajaran Matematika
yang dilaksanakan oleh Qitep in Math, dan 4)
tim ahli matematika dari Seameo Qitep in Mathematics.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa: 1) dokumen desain model PS
SRI, 2) worksheet untuk siswa, 3) lembar observasi. Data yang dikumpulkan
adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa: 1) dokumen desain
model PS SRI mulai tahap awal hingga tahap finalisasi model, 2) data hasil
observasi pembelajaran, 3) catatan jurnal workshop penyusunan model
pembelajaran bersama Seameo Qtep in Mathematics, serta 4) data berupa hasil
analisis rekaman video. Adapun data kuantitatif yang dikumpulkan berupa: 1)
data nilai hasil pembelajaran siswa serta 2) data skoring hasil observasi
aktivitas guru dalam pembelajaran Model PS SRI yang dilaksanakan di dua sekolah
tersebut. Data kuantitatif diolah secara statistik sederhana untuk mengetahui
rata-rata nilai siswa dan skoring lembar observasi pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan ini menghasilkan
desain pembelajaran Model PS SRI melalui
beberapa pengulangan tahapan model educational
design research hingga menyerupai siklus. Siklus Awal merupakan kegiatan
pengembangan Draft Desain Awal dengan pendekatan lesson study (plan, do, see) yang dilaksanakan di Kota Bandung
hingga diperoleh Desain Awal Model PS SRI. Desain awal ini kemudian
dikembangkan dalam kegiatan kolaboratif
Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics yang
berkedudukan di Yogyakarta selama dua minggu (4-15 April 2016). Melalui
kegiatan PKB bersama Qitep in math ini kegiatan pengembangan model menjadi
semakin baik mulai tahap perencanaan dan penyusunan desain model, tahap uji
coba model dan tahap perbaikan model hingga sampai pada tahap final. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.
Tahapan Pengembangan Model PS SRI
PS SRI MODELS
|
DESIGN RESEARCH
PHASE |
|||
TAHAP I Preliminary Phase |
TAHAP II Prototyping Phase |
TAHAP III Asessment Phase
|
TAHAP IV Systematic reflection and documentation |
|
DRAFT |
Draft
Model Awal disusun mandiri oleh penulis sebagai pembelajaran tematik. Mata
pelajaran yang dipadukan adalah Bahasa Indonesia, Seni Musik, Seni Rupa, dan
Matema- tika. Alokasi waktu 5 x 35 menit (5jp). Kegiatan pembel- ajaran
meliputi : 1) story telling, 2) role playing, 3) penu-gasan untuk
menye-lesaikan soal cerita menggunakan alat bantu berupa work- sheet dan
stiker gambar binatang. |
Uji
coba dilakukan di kelas 1 di sebuah SD Kota Bandung, dengan melibatkan rekan
sejawat seba- gai observer dan pemberi masukan untuk memperbaiki draft desain
model awal. Dihasilkan
Desain Model Awal |
Evaluasi
Disain Model Awal dilakukan oleh penulis berdasarkan data hasil belajar
siswa, analisis video pembelajaran, serta masukan observer |
Refleksi
uji coba model awal menghasilkan dokumen “Desain awal Model PS SRI”. Pembelajaran
Matematika tematik dengan alokasi waktu 2x 35 menit (2jp). Kegiatan
pembelajaran meliputi : 1) story telling, 2) role playing, 3) penu gasan
untuk menye-lesaikan soal cerita menggunakan alat bantu berupa work sheet dan
stiker gambar binatang. Alat
bantu pembel- ajaran: big book, kelengkapan role playing (topi
hewan: kambing, kuda, sapi), worksheet, gambar binatang ternak (stiker), smiley
faces (dua warna). |
SIKLUS I |
Disain
Model Awal digunakan untuk disempurnakan menjadi Disain Model I melalui
kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Workshop
Penyusunan Model Pembelajaran yang melibatkan 10 guru matematika lintas
jenjang (SD, SMP, SMA) dan tim ahli yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in
Mathematics. |
Dihasilkan
Draft Desain Model PS SRI I Validasi
Desain Model Awal melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math, kegiatan yang
dilakukan meliputi: 1) presentasi desain model awal, 2) revisi desain awal,
dan 3) peer teaching |
Revisi
Disain Model Awal: 1) revisi kegiatan pendahuluan, 2) revisi kegiatan inti
khusus nya kegiatan role playing untuk memberikan kesempatan kepada siswa
dalam mengeks-plore pemecahan masalah soal terbuka, 3) revisi big book agar
lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, 4) penam- bahan alat bantu
pembe-lajaran selain worksheet yaitu kartu-kartu soal. |
Refleksi
kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap I”. Pembelajaran Matema-tika tematik dengan
alo-kasi waktu 2x 35 menit (2jp). Model
PS SRI I dilengkapi Hypothetical Learning Trajectory (HLT) Alat bantu pembelajaran: big book, kelengkapan
role playing (topi hewan: kambing, kuda, sapi), worksheet, gambar hewan
ternak (stiker), smiley faces (dua warna), kartu soal (pelengkap worksheet)
dan kelengkapan untuk membuat ranch area di kelas. |
SIKLUS II |
“Desain
Model PS SRI tahap I” akan diuji cobakan pada kelas satu di sekolah dasar
Yogyakarta dan akan disempurnakan menjadi Model PS SRI II melalui kegiatan
pengembangan keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Uji Coba Model
Pembelajaran yang melibatkan 3 guru matematika (SD, SMP) dan tim ahli
yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics. |
Dihasilkan
Draft Desain Model PS SRI II Validasi
Draft Desain Model PS SRI II melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math. |
Uji
coba dilakukan di kelas 1 sebuah SD Yogyakarta dengan melibatkan tim ahli
dari Seameo Qitep in Mathematics. Revisi
Draft Disain Model PS SRI II menjadi Desain PS SRI II dilengkapi Hypothetical
Learning Trajectory (HLT) |
Refleksi
kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap II”. Model
PS SRI II dilengkapi Hypothetical Learning Trajectory (HLT) Alat
bantu pembelajaran: big book (versi revisi 1), kelengkapan role
playing (topi rancher dan topi binatang: kambing, kuda, sapi), worksheet
(versi revisi 1), gambar hewan ternak (stiker), smiley faces (dua warna),
kartu soal pelengkap worksheet (versi revisi 1) dan kelengkapan untuk membuat
ranch area di kelas. |
SIKLUS III |
“Desain
Model PS SRI tahap II” hasil uji coba akan
disempurnakan menjadi Draft Model PS SRI III melalui kegiatan pengembangan
keprofesian berkelan-jutan (PKB) berupa Validasi Model Pembelajaran,
penulisan laporan dan artikel yang melibatkan 3 guru matematika (SD, SMP)
dan tim ahli yang difasilitasi oleh Seameo Qitep in Mathematics. |
Validasi
Desain Model II melalui kegiatan PKB bersama Qitep in Math, kegiatan yang
dilakukan meliputi: 1) refleksi real teaching, 2) analisis video
pembelajaran, 3) analisis proses dan hasil pembelajaran Dihasilkan
Draft Desain Model PS SRI III |
Draft
Desain Model PS SRI III divalidasi oleh tim ahli dari Seameo Qitep in
Mathematics menjadi Desain Model PS SRI III |
Refleksi
kegiatan ini menghasilkan dokumen “Desain Model PS SRI tahap III” yang
merupakan desain final Model PS SRI. Alat bantu pembelajaran: big book
(versi revisi 2), kelengkapan role playing (topi rancher dan topi
binatang: kambing, kuda, sapi), worksheet (versi revisi 2), gambar
hewan ternak (stiker), smiley faces (berbagai warna), kartu soal
pelengkap worksheet (versi revisi 1), dan kelengkapan untuk membuat ranch
area di kelas. |
Terdapat beberapa hal yang menjadi fokus peneliti dalam pengembangan
Model PS SRI, yaitu: 1) aktifitas siswa, 2) aktifitas guru, 3) efektivitas
proses pembelajaran dalam memfasilitasi kepemilikan keterampilan menyelesaikan
masalah siswa, 4) ketepatan penggunaan metode pembelajaran dan strategi
pemecahan masalah, 5) efektifitas pemanfaatan instuctional aids, dan 6) kelemahan dan keunggulan desain Model PS
SRI.
Berdasarkan data hasil observasi dan analisis video pembelajaran menggunakan
model PS SRI ini nampak bahwa aktifitas
siswa terkembangkan dengan baik. Pada saat kegiatan story telling, nampak sebagian besar siswa antusias mendengarkan
cerita yang disajikan oleh guru. Tema tentang binatang ternak sangat menarik
minat siswa untuk terlibat dalam kegiatan sehingga siswa tergiring masuk dalam problem possing yang diarahkan oleh guru
melalui kegiatan tersebut. Hal ini menjadi starter yang baik untuk mengarahkan
siswa pada kegiatan selanjutnya yaitu role
playing.
Uji Coba 2 |
Uji Coba 1 |
Kegiatan role playing diikuti oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara klasikal. Kegiatan role playing ini dapat memberikan stimulus kepada siswa untuk memecahkan permasalahan secara kolaboratif dengan strategi coba-coba/ trial and error/ guess and check dan menggunakan logika berpikir. Kegiatan role playing merupakan implikasi dari teori Bruner pada tahap enaktif dan ikonik sebelum ke tahap simbolik. Melalui kegiatan ini, desain pembelajaran menyediakan situasi yang mendekati real kehidupan nyata siswa sehingga memudahkan siswa untuk menemukan alasan dari setiap langkah dan keputusan yang diambil oleh siswa saat berupaya menemukan solusi permasalahan.
Uji Coba 1 |
Uji Coba 2 |
Gambar 3. Aktivitas guru dan siswa pada
kegiatan Role Playing pada ujicoba 1 dan
2
Kegiatan ini diharapkan mampu menjembatani siswa untuk kegiatan selanjutnya dalam menyelesaikan masalah khususnya masalah soal cerita yang bersifat terbuka (nonroutine problems). Siswa antusias mengikuti role playing secara bergantian di depan kelas menggunakan kelengkapannya berupa topi-topi bergambar binatang (sapi, kuda, kambing). Kegiatan menirukan suara binatang ternak yang muncul saat kegiatan role playing menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa untuk semakin terlibat dalam kegiatan. Ketika guru mengajukan permasalahan dengan cara membaca kartu soal, maka siswa berlomba untuk turut serta dalam mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah. Komunikasi dan interaksi positif terjalin antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajarnya. Pada kegiatan ini siswa juga diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap kooperatif, demokratis, dan berani mengambil keputusan berdasarkan alasan yang tepat.
Desain awal Model PS SRI yang dikembangkan sebelumnya tidak dilengkapi
dengan hypothetical learning trajectory
(HLT), hal ini menyebabkan kelemahan bagi aktivitas yang dilakukan guru. Guru
cenderung lebih cepat memberikan bantuan dan arahan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalahnya dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dan menjelaskan alasan dari setiap langkah yang diambil dalam
menyelesaikan masalah yang disajikan. Setelah melalui serangkaian kegiatan
revisi model, maka memasuki tahap I dihasilkan Model PS SRI yang dilengkapi
HLT. Desain Model PS SRI yang dilengkapi HLT ternyata secara signifikan mampu
membantu guru dalam melaksanakan tahap demi tahap kegiatan pembelajaran,
khususnya dalam mengembangkan keterampilan siswa menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis video nampak bahwa guru dengan sabar
membimbing siswa untuk menemukan sendiri strategi dan langkah yang tepat dalam
menyelesaikan permasalahan. HLT yang disusun dalam desain Model PS SRI ini juga
memberikan alternatif alur pembelajaran berdasarkan prediksi dan kemungkinan
respon siswa yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Perkiraan respon siswa
yang disusun secara detail membantu guru memberikan respon dan
mengambil/menentukan langkah terbaik berdasarkan respon siswa yang muncul dalam
pembelajaran.
Uji Coba 1 |
Uji Coba 2 |
Berdasarkan data observasi dan analisis video pembelajaran, nampak model
PS SRI memberikan kontribusi positif dalam proses belajar siswa. Proses
pembelajaran model PS SRI didominasi oleh aktifitas siswa, sehingga kemampuan
berpikir logika siswa terkembangkan melalui serangkaian aktifitas yang
diberikan. Siswa belajar untuk belajar (learning
how to learn) menyelesaikan permasalahan secara mandiri, tidak sekedar
menjawab pertanyaan dengan benar semata. Guru bertindak sebagai fasilitator,
motivator, dan manager kelas yang bertanggung jawab penuh dalam kegiatan
pembelajaran agar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan kondusif.
Nampak bahwa classroom role yang
disepakati guru dan siswa berjalan efektif sejak awal kegiatan pembelajaran
hingga tahap penutup.
Gambar 6. Instructional aids
Pemilihan metode dan strategi pemecahan masalah yang digunakan dalam
Model PS SRI ini nampaknya sesuai dan tepat digunakan dalam pembelajaran
matematika di kelas satu khususnya pemecahan soal cerita terkait operasi hitung
campuran (penjumlahan dan pengurangan). Pemanfaatan instructional aids yang maksimal sangat mendukung kegiatan
pembelajaran. Penggunaan Big book,
worksheet, kartu soal, dan gambar-gambar binatang ternak memberikan kontribusi
positif bagi pemahaman siswa terhadap soal cerita yang diberikan sehingga
memudahkan siswa menentukan langkah untuk menemukan solusi dari masalah yang
diberikan. Karakteristik siswa kelas satu dengan berbagai keunikannya memang
perlu dipertimbangkan oleh guru dalam memilih instructional aids yang sesuai. Model PS SRI yang dikembangkan
dapat membantu guru dalam memilih instructional aids yang tepat untuk siswa
dengan media sederhana, murah, dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Tentu saja
hal ini memerlukan kemauan, kemampuan dan kreativitas guru dalam mendesain
instructional aids yang dapat disesuaikan dengan tema-tema atau topik-topik
yang akan dipilih oleh guru.
Gambar 5. Kegiatan PKB untuk
menyempurnakan Model PS SRI
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, diperoleh beberapa keunggulan
model PS SRI antara lain: 1) Model PS SRI mudah diaplikasikan karena dilengkapi
dengan HLT dan instructinal aids, 2)
model PS SRI fleksibel dan adaptif sehingga dapat digunakan dan disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah pada umumnya, 3) Model ini
terbuka bagi pengembangan kegiatan pembelajaran selanjutnya dengan mengikuti
pola desainnya, sehingga dapat digunakan pula untuk soal cerita pada angka yang
lebih besar (5-10, 10-15, dst), 4) Model PS SRI merupakan model PAKEM sehingga
dapat menstimulus dan mengembangkan aktifitas siswa, 5) Model PS SRI efektif
digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan permasalahannya. Selain
keunggulan, tentu saja model ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1)
karena adanya keterbatasan uji coba dalam implementasi model PS SRI, mungkin
saja terdapat hal-hal lain yang luput dari pengamatan, 2) guru yang akan
mengimplementasikan model PS SRI perlu mempelajari cara menyajikan story telling dan mengemas role playing agar hal ini dapat menjadi
kekuatan dalam proses pembelajaran dan bukan sebaliknya menjadi titik lemah
karena keterbatasn guru dalam mengelola kegiatan dan mengelola kelas, 3) guru
perlu mengelola waktu dengan baik agar dapat menyajikan pembelajaran utuh
(pendahuluan, inti, penutup) secara proporsional dan memberi ruang kepada siswa
untuk eksplorasi, menemukan solusi dan mengkomunikasikan hasil temuannya baik
secara individual maupun klasikal.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain Model PS SRI yang dilengkapi
dengan hypothetical learning trajectory
(HLT) dapat dengan lebih mudah membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran tahap demi tahap. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung
efektif sehingga siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran yang ditandai dengan
pemberdayaan siswa secara aktif,
kegiatan yang menyenangkan, memberi kesempatan kepada siswa agar mampu
belajar (learning to learn) serta
mampu menyelesaikan masalah melalui kegiatan kolaboratif.
Daftar Pustaka
Daniel,
Lisa H. 1996. First Graders Solving
Routine Word Problems by Modeling the Semantic Structure to Lead to the
Undersatanding of nonroutine Problems. A Dissertation, Doctor of Education
in The Department of Curriculum and Instruction. University of New Orleans.
Holmes, Emma E.1995. New Directions in Elementary
School Mathematics- Interactive Teaching and Learning. New Yersey: A Simon
and Schuster Company
Kemendikbud. 2012. Modul Matematika. Pemecahan Masalah Terkait Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPPMP)
PPPPTK Matematika. 2009. Modul Matematika SD Program BERMUTU. Strategi Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika
Nieveen,et al.
2006. An Introduction to Educational Design Research. SLO Netherlands
institute for curriculum development
USAID. 2014. Buku
Sumber untuk Dosen LPTK. Pembelajaran Literasi Kelas Awal di LPTK. USAID
Prioritas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar