PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Makalah
Oleh : Jendriadi, Ismad Do, Siti Muawanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal dirasakan urgensinya ketika keluarga tidak mampu lagi memberikan pendidikan yang wajar kepada anak-anaknya. Lembaga ini akhirnya diterima sebagai wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan kedua setelah keluarga. Dalam perjalanannya, ternyata tidak ada pendidikan formal yang benar-benar netral. Ini ditandai dengan adanya praktek pendidikan yang kurang menghargai kebebasan siswa. Fenomena semacam ini disebut paulo Freire dalam The Politic of Education : Culture, Power, and Liberation (1980) sebagai praksis pendidikan yang membelenggu, bukan membebaskan. Menurut Freire, pendidikan yang membebaskan merupakan proses pendidikan yang mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang senyatanya secara kritis. Pendidikan yang membebaskan tidak dapat direduksi menjadi sekedar usaha guru untuk memaksakan kebebasan kepada siswa. Sementara itui, pendidikan yang membelenggu berusaha menanamkan kesadaran yang keliru kepada siswa sehingga mereka mengikuti alur kehidupan ini dan menerima realitas tanpa filter yang selektif.
Hari ini, kebutuhan akan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sangat mendesak. Hal itu tidak dapat kita pungkiri karena terdapat suatu realitas dimana lembaga pendidikan formal, mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi mengalami kemajuan pesat secara kuantitatif. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah lulusan siswa dari tahun ketahun. Namun, disisi lain, kita dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan masalah kemampuan profesional guru dalam mengelola kelas masih jauh dari harapan. Guru yang berperan sebgai inovator sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak ada pada sekolah-sekolah tertentu. Sesungguhnya menjadi inovator sebagai penggagas kebijakan memang pekerjaan yang berat dan beresiko. Namun tanpa adanya inovator yang siap menaggung resiko juga akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kemajuan pendidikan kita serta hanya mampu mencetak generasi-generasi yang statis dalam berfikir dan lamban dalam bertindak.
B. Permasalahan
Bertolak dari latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan keputusan inovasi?
2. Apa saja model-model keputusan inovasi?
3. Apa saja Saluran-Saluran Komunikasi berdasarkan Tahapan-Tahapan dalam Proses Keputusan-Inovasi
4. Bagaimana priode keputusan inovasi
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Pembahasan mengenai ”Proses Keputusan Inovasi” ini, merupakan materi perkuliahan berupa penyusunan makalah sebagai tugas kelompok terhadap mahasiswa. Prosedur pemecahan masalah dilakukan dengan studi literatur, yaitu dengan menterjemahkan buku karangan Roger (sebagai sumber utama) beserta dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang relevan, kemudian dipresentasikan di kelas dan dibahas dalam diskusi kelas.
D. Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Seperti pada umumnya makalah terdiri dari tiga bagian yang meliputi bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Bagian pendahuluan menguraikan masalah yang akan dibahas, meliputi latar belakang masalah, masalah, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian. Bagian isi memuat uraian hasil kajian tentang ”Proses Keputusan Inovasi” yang diperoleh melalui studi literatur. Kemudian bagian kesimpulan merupakan kumpulan makna yang dapat dipetik dari hasil uraian atau pembahasan masalah.
BAB II
PROSES KEPUTUSAN-INOVASI
1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan-inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagsan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Tujuan bab ini adalah menggambarkan model proses keputusan-inovasi, mengajukan lima tahap dalam proses ini, dan meringkas bukti bahwa tahap-tahap ini ada atau tetap eksis..
2. Model-model Proses Keputusan Inovasi
Model proses keputusan-inovasi secara konseptual digambarkan terdiri dari lima tahap:
1. Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana berfungsinya.
2. Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3. Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi.
4. Implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi.
5. Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.
Secara rinci, berikut ini akan diuraikan model-model proses keputusan inovasi :
A. Tahap Pengetahuan
Kita menganggap proses keputusan-inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yang diawali ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi.
Manakah yang Datang Pertamakali, Kebutuhan atau Kesadaran Inovasi?
Beberapa pengamat mengklaim bahwa individu memainkan peran pasif ketika dihadapkan pada pengetahuan-kesadaran mengenai inovasi. Dianggap bahwa seseorang menyadari suatu inovasi dengan kebetulan, dimana secara aktif dia mencari inovasi hingga dia mengetahui bahwa inovasi itu muncul. Sebagai contoh, Coleman dkk (1966) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal mengenai obat-obatan medis baru terutama terjadi melalui saluran-saluran komunikasi dan pesan.
Para ahli lainnya menganggap bahwa individu memperoleh kesadaran-pengetahuan hanya melalui prilaku yang harus dimulai, dan bahwa kesadaran itu bukanlah aktifitas pasif. Orang-orang umumnya cenderung menghadapkan diri mereka pada gagasan-gagasan yang sesuai dengan ketertarikan, kebutuhan atau sikap-sikap yang ada. Kita dengan sadar atau tidak sadar menghindari pesan-pesan yang bertentangan dengan kecenderungan kita. Kecenderungan ini disebut penghadapan selektif. Hassinger (1959) berpendapat bahwa individu-individu jarang menghadapkan mereka sendiri pada pesan-pesan mengenai inovasi kecuali jika merasakan kebutuhan untuk inovasi. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dibuat? Kebutuhan adalah keadaan tidak puas atau frustasi yang terjadi ketika keinginan seseorang melebihi aktualitasnya. Individu mungkin mengembangkan kebutuhan ketika dia mempelajari bahwa inovasi itu muncul. Oleh karena itu, inovasi dapat menuntun pada kebutuhan dan juga sebaliknya. Beberapa agen perubahan menciptakan kebutuhan diantara klien-klien mereka dengan menunjukan keberadaan gagasan-gagasan baru yang diinginkan. Pengetahuan keberadaan inovasi ini dapat menciptakan motivasi untuk pengambilannya.
Jenis-Jenis Pengetahuan mengenai Inovasi
Inovasi terdiri dari jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. Inovasi secara khusus mengandung informasi software, yang berada dalam inovasi dan berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian mengenai hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil yang diinginkan. Pengetahuan how-to mengandung informasi yang penting untuk menggunakan inovasi secara tepat. Pengetahuan prinsip mengandung informasi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip pemungsian yang mendasari bagaimana inovasi itu bekerja.
Apakah peran agen perubahan dalam membawa ketiga jenis pengetahuan ini? Kebanyakan agen perubahan tampaknya memusatkan usaha-usaha mereka pada penciptaan kesadaran-pengetahuan, walaupun tujuan ini seringkali dapat dicapai secara lebih efisien dalam banyak sistem klien dengan saluran-saluran media massa. Agen-agen perubahan juga kemungkinan memainkan peran yang penting dalam proses pembuatan-inovasi jika mereka memusatkan pada pengetahuan how-to.
Orang yang Mengetahui Inovasi Lebih Awal dan Lebih Lambat
Generalisasi berikut ini meringkas hasil-hasil dari temuan menyangkut pengetahuan awal tentang inovasi:
Generalisasi 5-1: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-2: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-3: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal lebih terekspos pada saluran-saluran komunikasi media massa dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-4: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal lebih terekspos pada saluran-saluran komunikasi interpersonal dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-5: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal lebih terekspos memiliki lebih banyak kontak agen perubahan dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-6: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal memiliki partisipasi sosial yang lebih banyak dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-7: Orang yang mengetahui inovasi lebih awal lebih bersifat kosmopolit dibanding yang lebih lambat.
Karakteristik pengetahu inovasi yang lebih awal ini sama dengan karakteristik inovator: pendidikan yang lebih tinggi, status sosial yang lebih tinggi, dll.
B. Tahap Persuasi
Pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu menjadi secara lebih psikologi terlibat dengan inovasi; dia secara aktif mencari informasi mengenai gagasan baru. Persepsi selektif penting untuk menentukan prilaku individu pada tahap persuasi, dimana persepsi umum inovasi pada tahap ini dikembangkan. Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi sebagai manfaat relatifnya, kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting pada tahap ini (Gbr.5-1).
Pada tahap persuasi, individu secara khusus termotivasi untuk mencari informasi inovasi-evaluasi, yang merupakan pengurangan dalam ketidakpastian mengenai konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dari inovasi. Hasil utama dari tahap persuasi dalam proses keputusan adalah sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Dianggap bahwa persuasi akan menuntun pada perubahan selanjutnya dalam prilaku terbuka (yaitu adopsi/pengambilan atau penolakan) yang konsisten dengan sikap yang dianut.
C. Tahap Keputusan
Tahap keputusan dalam proses keputusan-inovasi terjadi ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. Adopsi/pengambilan adalah keputusan untuk menggunakan penuh inovasi sebagai rangkaian terbaik tindakan. Penolakan adalah keputusan untuk tidak mengambil inovasi.
Penting untuk diingat bahwa proses keputusan-inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan penolakan seperti juga keputusan untuk mengambil. Kenyataannya, setiap tahap dalam proses adalah titik penolakan potensial. Dua jenis penolakan yang berbeda dapat dibedakan (Eveland, 1979):
1. Penolakan aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk percobaannya) kemudian memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2. Penolakan pasif (juga disebut non-adopsi), yaitu benar-benar tidak pernah mempertimbangkan penggunaan inovasi.
D. Tahap Implementasi
Implementasi terjadi ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi. Hingga tahap implementasi, proses keputusan-inovasi adalah latihan mental. Tetapi implementasi melihatkan perubahan prilaku terbuka, ketika gagasan baru benar-benar dipraktekan. Masalah-masalah mengenai bagaimana secara pasti menggunakan inovasi mungkin muncul pada tahap implementasi. Implementasi biasanya mengikuti tahap keputusan secara langsung.
Masalah implementasi kemungkinan menjadi lebih serius ketika pengambil inovasi adalah suatu organisasi dan bukan individu. Dalam latar organisasi, sejumlah orang biasanya terlibat dalam proses keputusan-inovasi, dan para pelaksana seringkali adalah orang-orang yang berbeda dari pembuat keputusan.
Kapan tahap implementasi berakhir? Tahap ini mungkin berlanjut selama periode waktu yang panjang, tergantung pada sifat inovasi. Tetapi poin dicapai ketika gagasan baru menjadi terlembagakan. Inovasi pada akhirnya kehilangan kualitas khususnya ketika identitas terpisah dari gagasan baru itu hilang. Poin ini biasanya dianggap sebagai akhir dari tahap implementasi, dan disebut sebagai rutinisasi atau pelembagaan.
Mendefinisikan Re-Invention
Kebanyakan para ahli di masa lalu telah membuat perbedaan antara invensi dan inovasi. Invensi adalah proses dimana gagasan baru ditemukan atau dibuat, sementara adopsi adalah keputusan untuk menggunakan penuh suatu inovasi sebagai rangkaian tindakan terbaik. Oleh karena itu, adopsi adalah proses untuk mengadopsi gagasan yang ada. Perbedaan antara invensi dan adopsi ini tidaklah begitu jelas ketika kita mengakui bahwa inovasi bukanlah sifat yang tetap ketika melebur dalam sistem sosial. Untuk alasan inilah, “re-invensi”tampaknya merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan sejauh mana suatu inovasi itu berubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi dan implementasinya. Jadi, Re-invensi adalah sejauh mana suatu inovasi itu berubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses pengambilan dan implementasinya. Re-invensi terjadi pada tahap implementasi untuk inovasi tertentu dan pengadopsi tertentu (Generalisasi5-8).
E. Tahap Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi, individu (atau unit pembuatan keputusan) mencari pemantapan untuk keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan ini jika dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi. Tahap konfirmasi berlanjut setelah keputusan untuk mengambil atau menolak selama periode waktu yang tidak pasti (Gbr.5-1). Sepanjang tahap konfirmasi individu berusaha menghindari tahap disonansi atau menguranginya jika hal itu terjadi.
Perubahan prilaku manusia termotivasi sebagian oleh keadaan ketidakseimbangan internal atau disonansi, suatu keadaan pikiran tidak nyaman yang berusaha dikurangi atau ditiadakannya. Ketika seseorang merasakan disonansi, dia akan termotivasi untuk mengurangi kondisi ini dengan merubah pengetahuan, sikap atau tindakannya. Pada tahap konfirmasi dalam proses keputusan inovasi, agen perubahan memiliki peran khusus. Di masa lalu, agen-agen perubahan terutama tertarik dalam mencapai keputusan-keputusan adopsi, tetapi pada tahap konfirmasi, mereka memiliki tanggung jawab tambahan untuk memberikan pesan-pesan yang mendukung kepada orang-orang.
Diskontinyuansi adalah keputusan untuk menolak suatu inovasi setelah sebelumnya inovasi itu diadopsi. Menurut Leuthold (1967), sedikitnya ada dua jenis diskontinyuansi: (1) penggantian dan (2) kekecewaan. Diskontinyuansi penggantian adalah keputusan untuk menolak suatu gagasan untuk dapat mengadopsi gagasan yang lebih baik. Sedang diskontinyuitas kekecewaan adalah keputusan untuk menolak suatu gagasan sebagai akibat dari ketidakpuasan dengan kinerjanya.
3. Saluran-Saluran Komunikasi berdasarkan Tahapan-Tahapan dalam Proses Keputusan-Inovasi
Salah satu kepentingan dari lima tahap dalam proses keputusan-inovasi adalah membantu kita untuk memahami peran saluran-saluran komunikasi yang berbeda.
Mengategorisasikan Saluran-Saluran Komunikasi
Seringkali sulit bagi kita untuk membedakan antara sumber pesan dan saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber adalah individu atau institusi yang memberikan pesan. Sedang saluran adalah alat dimana pesan bergerak dari sumber ke si penerima. Para peneliti mengategorikan saluran-saluran komunikasi sebagai (1) bersifat interpersonal atau mass media, atau (2) berasal dari sumber lokal atau kosmopolit. Studi penelitian di masa lalu memperlihatkan bahwa saluran-saluran ini memainkan peran-peran berbeda dalam menciptakan pengetahuan atau membujuk orang-orang untuk merubah sikap mereka terhadap inovasi. Saluran media massa adalah alat-alat untuk menyampaikan pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dst yang memungkinkan sumber dari satu atau beberapa individu untuk menjangkau banyak audiens. Saluran interpersonal melibatkan pertukaran saling berhadapan antara dua individu atau lebih. Saluran-saluran ini memiliki efektifitas yang lebih besar ketika menghadapi resistansi atau apati.
Media Massa Versus Saluran-Saluran Interpersonal
Generalisasi 5-12 menyatakan: Saluran media massa secara relatih lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran-saluran interpersonal secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.
Saluran-Saluran Kosmopolit versus Lokalit
Generalisasi 5-13: Saluran kosmopolit secara relatif lebih penting pada tahap pengetahuan, dan saluran lokalit secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.
Saluran komunikasi kosmopolit adalah saluran dari luar sistem sosial yang sedang diselidiki; saluran-saluran lainnya mengenai gagasan-gagasan baru menjangkau individu dari sumber-sumbre didalam sistem sosial mereka.
Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Kategori Pengadopsi
Generalisasi 5-14: Saluran-saluran media massa secara relatif lebih penting dibanding saluran-saluran interpersonal untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding untuk pengadopsi-pengadopsi lebih lambat.
Generalisasi 5-15: Saluran-saluran kosmopolit secara relatif lebih penting dibanding saluran-saluran lokalit untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding pengadopsi-pengadopsi lebih lambat.
4. Periode Keputusan-Inovasi
Periode keputusan-inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan-inovasi. Waktu yang berlangsung dari pengetahuan-kesadaran inovasi hingga keputusan untuk individu diukur dengan hari, bulan atau tahun.
Tingkat Kesadaran-Pengetahuan dan Tingkat Adopsi
Kebanyakan agen perubahan ingin mempercepat proses pengambilan inovasi. Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keputusan-inovasi setelah individu menyadari gagasan baru. Banyak pengadopsi potensial seringkali menyadari inovasi tetapi tidak termotivasi untuk mencobakannya. Gbr.5-5 mengilustrasikan interelasi antara tingkat kesadaran-pengetahuan, tingkat adopsi, dan periode keputusan-inovasi untuk penyemprotan benih baru. Data ini bersama dengan buktu dari studi yang mendukung, memperlihatkan Generalisasi 5-16: Tingkat kesadaran-pengetahuan untuk suatu inovasi lebih cepat dibanding tingkat adopsinya.
Lamanya Periode Kategori Pengadopsi
Salah satu perbedaan penting individu dalam lamanya periode keputusan-inovasi adalah berdasarkan pada kategori pengadopsi. Data pada Gbr.5-5 memperlihatkan periode yang lebih lama untuk pengadopsi-pengadopsi yang terlambat. Data dan studi lainnya mendukung Generalisasi 5-17: Pengadopsi-pengadopsi yang lebih awal memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek dibanding pengadopsi yang terlambat. Mengapa inovator membutuhkan periode yang lebih pendek? Studi-studi penelitian memperlihatkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih mendukung terhadap gagasan-gagasan baru maka resistansi terhadap perubahan harus diatasi dengan pesan-pesan komunikasi mengenai gagasan-gagasan baru. Inovator juga memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek karena (1) mereka menggunakan sumber yang secara teknis lebih akurat dan saluran mengenai inovasi, seperti kontak langsung dengan para ahli, dan (2) mereka meletakan kredibilitas yang tinggi dalam sumber-sumber tersebut dibanding individu rata-rata.
BAB III
KESIMPULAN
Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagsan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Model proses keputusan-inovasi secara konseptual dapat dibagi kedalam lima tahap diantaranya :
1.Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman mengenai bagaimana berfungsinya.
2.Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3.Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi.
4.Implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi.
5.Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Danim,Sudarwan, Inovasi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2002
Depdikbud, Inovasi Pendidikan,Jakarta : LPTK Depdikbud, 1998
Rogers,me dan Shomeker,Difusion of Inovation, Newyork : 1971
Syaefudin,Udin dan Suherman,Ayi, Inovasi Pendidikan,Bandung : UPI Press, 2006
Mantab...
BalasHapustrimakasih teh..... makalah saya ternyata masih ada sama teteh
BalasHapus