Laman

07 Desember 2011

Artikel Sains

BAHAN AJAR BERORIENTASI LITERASI SAINS
Sumber: Membangun Literasi Sains Peserta Didik
(Uus Toharudin, dkk. 2011)

A.Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains

Terdapat dua pengertian mendasar yang harus dipahami mengenai Bahan Ajar Berorientasi Literasi sains, pertama literasi sains, dan yang kedua adalah adalah bahan ajar. Keduanya saling berhubungan, dalam pembelajaran di sekolah pada umumnya literasi sains berkaitan dengan penggunaan bahan ajar yang digunakan, keadaan bahan ajar menjadi sangat penting untuk dicermati (Toharuddin, et.al:2011).
Secara harfiah literasi sains berasal dari dua padanan kata yaitu literasi dan sains. Literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf (Echols dan Shadilly, 1990). Sains berarti ilmu pengetahuan. Sains merupakan sekelompok pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah (Pudjiadi,1987). C.E de Boer (1991) menyatakan bahwa orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University yang menyatakan Scientific Literacy berarti memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Poedjiadi (2005) menyatakan literasi sains dan teknologi adalah suatu kebutuhan dan tantangan, karena keduanya memainkan peranan penting dalam kehidupan, terutama untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar atau materi pelajaran sains tidak hanya merupakan sekumpulan fakta, konsep, prosedur serta pengetahuan yang bersifat metakognitif semata. Bahan ajar sains yang diperlukan oleh siswa adalah bahan ajar yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam usaha menguasai materi pelajaran dan kompetensi yang berkaitan dengan literasi sains harus dimilikinya.

Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi siswa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi, yaitu untuk belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi, sehingga siswa dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Menurut Suhendra Yusuf (2003), literasi sains penting untuk dikuasai siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat tergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki literasi sains menurut Poedjiadi (2005: 102-103). Pertama, ia menggunakan konsep sains-konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila mengambil keputusan yang bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, ia mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat. Ketiga, ia mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui pengelolaan sumber daya alam. Keempat, ia menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Kelima, ia memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya. Keenam, ia menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya. Ketujuh, ia mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah tergantung pada proses-proses inkuari dan teori-teori. Kedelapan, ia membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi. Kesembilan, ia mengakui asal usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah adalah tentatif. Kesepuluh, ia mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan teknolog. Kesebelas, ia memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup untuk memberi penghargaan pada penelitian dan pengembangan teknologi. Keduabelas, ia mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan.

Setelah memahami karakteristik orang yang memiliki literasi sains, maka para praktisi dapat menentukan arah pendidikan sains dan bagaimana menciptakan sebuah kondisi agar penguasaan literasi sains oleh siswa tersebut dapat terwujud.

B.Dimensi Pokok Bahan Ajar untuk Mengembangkan Literasi Sains
Bahan ajar berbasis literasi sains merupakan perpaduan dari dua dimensi pokok, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi literasi sains.

1. Dimensi Pengetahuan sebagai Bahan Ajar Sains
Terdapat empat macam dimensi pengetahuan yang merupakan materi pembelajaran, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis pengetahuan tersebut pada dasarnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkrit hingga yang sifatnya abstrak (metakognitif).

a.Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge) adalah pengetahuan yang merupakan potongan-potongan informasi yang masih terpisah atau disebut juga unsur dasar dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang terdiri dari pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur. Contoh pengetahuan faktual antara lain adalah nama tempat, tanggal kejadian, nama tokoh, peristiwa penting.

b.Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge) adalah pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya memiliki fungsi yang bekerja secara bersama-sama. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, serta pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

c.Pengetahuan Prosedural (Prosedural Knowledge) adalah pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Biasanya pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Ada tiga jenis pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan bidang tertentu dan algoritma untuk menyelesaikan suatu masalah, pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu serta pengetahuan mengenai suatu kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan.

d.Pengetahuan metakognitif (Metakognitif knowledge) adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri, yang terdiri dari tiga jenis. Pertama, pengetahuan strategik mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Kedua, pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai. Ketiga, pengetahuan tentang diri sendiri. Contoh pengetahuan metakognitif adalah : pengetahuan tentang cara belajar dengan cara mengulang-ulang informasi, pengetahuan tentang cara memahami buku pelajaran yang lebih sulit dibandingkan memahami buku popular, serta pengetahuan mengenai kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas.

2.Dimensi Literasi Sains
Literasi sains merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Ada tiga dimensi literasi sains, yaitu: konten, proses dan konteks.

a)Konten Literasi Sains
Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts) siswa perlu menangkap sejumlah konsep esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia.

b)Proses Literasi Sains
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti, seperti : mengenali pertanyaan ilmiah (i), mengidentifikasi bukti (ii), menarik kesimpulan (iii), mengkomunikasikan kesimpulan (iv), dan menunjukkan pemahaman konsep ilmiah (v).

c)Konteks Literasi sains
Konteks literasi sains melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi.
Pengetahuan Ilmiah meliputi pengetahuan sains dan pengetahuan mengenai sains. Pengetahuan sains mencakup fisika, kimia, biologi, ilmu pengeta-huan bumi antariksa, dan teknologi berbasis sains. Adapun pengetahuan mengenai sains adalah alat (inkuiri ilmiah) dan tujuan (penjelasan ilmiah). Situasi atau konteks meliputi area aplikasi konsep-konsep sains, sedangkan sikap mengindi-kasikan minat siswa pada sains, menyukai inkuiri ilmiah, motivasi untuk mau bertanggung jawab, misalnya terhadap dirinya, sumber daya alam dan lingkungan.

C.Beberapa Aspek Penting dalam Pengembangan Literasi Sains Berbasis Bahan Ajar
Materi yang terdapat dalam pelajaran sains termasuk ke dalam kurikulum kolateral. Ketuntasan siswa dalam mempelajari suatu konsep dalam mata pelajaran sains ditentukan pula oleh ketuntasan materi-materi yang merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Penguasaan konsep-konsep atau materi sains bagi siswa pada dasarnya tergantung pula pada penguasaan teknik dan nonteknik kebahasaan yang terdapat dalam sains (literacy science), yaitu : istilah-istilah sains, membaca bahan bacaan sains, dan mengkomunikasikan sains baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, hal-hal yang berdampak pada keberhasilan siswa dalam menuntaskan pelajaran adalah kebiasaan dan cara siswa belajar serta kemampuan guru dalam mengenali potensi siswa sehingga dapat menyusun, merumuskan, melaksanakan kurikulum serta melakukan evaluasi atau penilaian terhadap siswa maupun kurikulum untuk menilai tingkat pencapaian pembelajaran.

1.Aspek Pemahaman Terhadap Istilah-Istilah dalam Sains
Istilah-istilah ilmiah yang terdapat dalam sains dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep sains. Ada beberapa kata yang mudah dibaca dan mudah diingat namun sulit untuk dimengerti oleh siswa, ada pula proses atau peristiwa sains yang mudah dimengerti oleh siswa namun siswa mengalami kesulitan untuk menyebutkan istilahnya. Oleh sebab itu, guru harus dapat membantu siswa untuk menentukan kata kunci atau istilah penting yang terdapat dalam bacaan.

2.Aspek Membaca dalam Sains
Kegiatan membaca secara umum terbagi menjadi empat kategori, yaitu membaca tanpa henti (continuous reading), membaca perlahan dan mempelajarinya (close reading), membaca sepintas secara cepat (skimming), mencari sebagian informasi yang dibutuhkan (scanning). Membaca dalam sains menuntut beberapa aktifitas yang sebaiknya dilakukan untuk dapat memahami isi bacaan. Seorang guru sebaiknya dapat memberikan rangsangan atau motivasi yang tinggi bagi siswa untuk membaca dan memberikan saran agar siswa dapat dengan mudah memahami apa yang dibacanya, dan bukan hanya terpaku pada kemampuan dia membaca.

3.Aspek Menulis dalam Pembelajaran Sains
Terdapat enam hal yang dapat membantu siswa berfikir secara ilmiah melalui kegiatan menulis dalam sains. Pertama, adalah ketika siswa terlatih untuk memberikan penjelasan bagaimana, yang kedua adalah ketika siswa memberikan penjelasan mengapa, hal ini tentu dapat membantu mereka menggambarkan suatu proses dan menghubungkan beberapa ide secara bersamaan yang memiliki konsep yang saling mendukung. Hal yang ketiga adalah siswa menuliskan argumennya, yang dapat membantunya mengembangkan kemampuan dalam mengemukakan ide atau gagasannya. Keempat, adalah ketika siswa memberikan gambaran kemudian membuat kesimpulan. Kelima, siswa menuliskan hasil analisisnya terhadap suatu keadaan serta keenam, yaitu membuat sebuah perencanaan , maka hal tersebut dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya dalam inkuri sains.

4.Aspek Berkomunikasi Secara Lisan dalam Pembelajaran Sains
Beberapa penelitian membuktikan bahwa siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru namun sedikit sekali yang menggunakan waktunya untuk berdiskusi dengan teman atau gurunya. Siswa butuh kesempatan untuk dapat mengungkapkan, menjelaskan dan menunjukkan pemahamannya tentang sains dan menggunakan istilah-istilah sains yang diketahuinya secara benar. Siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya dengan berbicara, berdiskusi, serta berbagi untuk mengungkapkan apa yang diketahuinya dan mengetahui apa yang diketahui orang lain. Peran guru dalam hal ini adalah mengorganisir serta memberikan arahan pada saat siswa melakukan diskusi agar diskusi dapat berjalan efektif.

D.Kriteria Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains
Pada saat menyusun dan menulis bahan ajar untuk mengembangkan literasi sains, guru atau penulis bahan ajar perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti berikut.

1. Sudut Pandang
Bahan ajar yang disusun sebaiknya mempunyai landasan, prinsip atau sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasinya. Dalam pembelajaran sains, pemahaman seorang penulis bahan ajar mengenai hakikat sains dan literasi sains akan sangat menentukan kualitas bahan ajar yang disusunnya.

2.Tujuan Penyusunan Bahan Ajar
Penyusunan bahan ajar sebaiknya memiliki tujuan yang jelas, apakah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, ataukah psikomotor. Bahan ajar yang disusun bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator yang dirumuskan.

3.Kejelasan dan Kebenaran Konsep
Konsep-konsep yang diuraikan dalam bahan ajar hendaknya jelas. Penjelasan mengenai suatu konsep hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa, oleh karena itu penulis bahan ajar sebaiknya mampu menyederhanakan suatu konsep kedalam bahasa anak dan pemahaman anak.

4.Sesuai dengan Kurikulum yang berlaku
Kurikulum adalah acuan utama dalam pengembangan bahan ajar. Dalam kurikulum disebutkan tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah mengalami proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar merupakan hasil analisis dan uraian lebih lanjut dari kompetensi dan merupakan kumpulan pengetahuan yang perlu diketahui siswa untuk dapat memperoleh kompetensi yang ditetapkan.

5.Menarik Minat Siswa
Bahan ajar yang disusun sebaiknya dapat menarik minat siswa yang membacanya. Ketertarikan siswa terhadap bahan ajar merupakan sebuah kekuatan yang dapat membantu tercapainya tujuan yang diharapkan.

6.Menumbuhkan Motivasi, Menstimulasi Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Siswa
Selain menarik, bahan ajar sebaiknya dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa sehingga terdorong untuk mempelajarinya dan menstimulusnya untuk melakukan aktifitas pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan dan indikator pembelajaran.

7.Ilustratif
Ilustrasi adalah penggambaran terhadap sesuatu. Ilustrasi berfungsi untuk lebih memperjelas konsep dan dapat disajikan dalam bentuk deskripsi dan grafis. Fungsi pokok ilustrasi ialah menyederhanakan, meringkas, memperjelas, menarik/memusatkan perhatikan, menghindari kejenuhan, dan menghias ruang kosong.

8.Penggunaan Bahasa yang Komunikatif, Logis dan Sistematis
Penggunaan bahasa dalam bahan ajar hendaknya memperhatikan beberapa aspek untuk dapat membantunya memahami uraian materi, yaitu: sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menggunakan kalimat efektif dan terhindar dari makna ganda.

9.Kontekstual dan Mutakhir
Materi yang disusun dalam bahan ajar hendaknya mutakhir atau kontekstual serta menunjang penguasaan kemampuan literasi sains siswa, maksudnya adalah bahwa bahan ajar tersebut memiliki kesesuaian dengan kehidupan anak sehari-hari dan dapat membekalinya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata yang dihadapinya.

10.Menghargai Perbedaan Individu
Sebuah bahan ajar yang baik tidaklah membesar-besarkan perbedaan individu tertentu. Perbedaan dalam kemampuan , bakat, minat, ekonomi, sosial, budaya setiap individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.

11.Memantapkan Nilai-Nilai
Bahan ajar yang disusun hendaknya dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar berangsur angsur meluas ke regional, nasional dan internasional. Bahan ajar juga hendaknya menunjang pemahaman bagi mata pelajaran lainnya, bersifat membangun keteladanan atau contoh yang pantas ditiru, serta dapat menumbuhkan perbendaharaan kata siswa. Menumbuhkan keberanian antara lain menampilkan diri melalui ekspresi buah pikiran, menanggapi, adu argumentasi. Bersifat kultural-edukatif dan memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

1 komentar: