BEDAH
KISI KISI UJI KOMPETENSI GURU SD TAHUN 2012
Oleh :
SRI
HENDRAWATI, M.Pd*
*) Guru SDN
Cihaurgeulis 2 Bandung
MATA PELAJARAN
: BAHASA INDONESIA
No
|
Indikator
|
Penjelasan
|
1
|
Menganalisis
karakteristik perkembangan
bahasa
anak usia SD
|
Bahasa dapat berbentuk lisan atau tulisan dengan mempergunakan
tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau digital), bunyi, sinar
atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (words) atau kalimat
(sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing, picture), gerak-gerik
(gestures) dan
mimik serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya.
a) Indikator Perkembangan Bahasa
Indikator perkembangan bahasa antara lain: jumlah
perbendaharaan kata (vocabulary),
jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar atau
lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersifat ekspresif. Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan
menguasai sejumlah perbendaharaan kata-kata (vocabulary); usia sekitar 3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 kata dan pada usia sekitar 6-7
tahun mencapai 2.500 kata, bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut
(Lefrancois, 1975: 186; Crow &- Crow, 1956: 65). Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainva
keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada periode
6-8 tahun, ia dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng
fantasi; usia 10-12 gemar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan,
riwayat para pahlawan, dan sebagainya).
b) Proses
Perkembangan Bahasa
Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada
anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar
dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (Lefrancois, 1975). Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari
manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan yang
bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan merabanya, lalu bicara monolog (pada
dirinya atau benda mainannya), haus nama-nama, kemudian gemar bertanya
(apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab);
membuat kalimat sederhana (satu, dua atau tiga kata), bahasa ekspresif
(dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan).
|
2
|
Memilih
materi ajar aspek membaca di
kelas
rendah SD.
|
Materi ajar
membaca bagi siswa kelas redah diawali
dengan teknik membaca nyaring, yang diistilahkan dengan pengajaran membaca
permulaan. Fokus dari membaca permulaan adalah siswa mampu memindai
lambing-lambang nahasa tulis dengan pelafalan memindai dan memaknai
lambing-lambang bahasa tulis. Membaca permulaan
merupakan kegiatan
belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu (1) kemampuan membunyikan
lambang-lambang tulis; (b) penguasaan kosakata; dan (c) memasukkan makna
dalam kemahiran bahasa (Vernon dalam Akhmad Slamet: 1988).
KD Membaca Kelas 1 semester 1:
KD Membaca Kelas 1 semester 2
KD Membaca Kelas 2 Semester
1
KD Membaca Kelas 2 Semester
2
KD Membaca Kelas 3 Semester
1
KD Membaca Kelas 3 Semester
2
|
3
|
Memilih materi ajar
aspek menulis di kelas tinggi SD.
|
Menurut
Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis
gagasan, ide, pendapat, atau pikiran
dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui
bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam
bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.
Pada kelas tinggi, materi ajar aspek menulis
diarahkan untuk membentuk kemampuan komunikasi tulis. Keterpaduan aspek
pengetahuan (schemata) dengan asfek kebahasaan diolah melalui mekanisme
psikofisik dan strategi produktif untuk menghasilkan tulisan yang sesuai
dengan konteks. Strategi produktif dalam hal ini adalah kemampuan mental
untuk mengimplementasikan kebahasaan dengan pengetahuan tentang dunia
(schemata) dalam kontek penggunaan bahasa (tulis).
KD Menulis Kelas 4 semester
1
KD Menulis Kelas 4 semester
2
KD Menulis Kelas 5 semester
1
KD Menulis Kelas 5 semester
2
KD Menulis Kelas 6 semester
1
KD Menulis Kelas 6 semester
2
|
4
|
Memilih berbagai
metode pembelajaran
menulis
permulaan
|
Metode Pembelajaran
Menulis
a. Metode Langsung
Metode
pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Metode tersebut
didasari anggapan bahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali
dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta
mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase
persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan,
pengecekan, dan pelatihan lanjutan.
b. Metode
Komunikatif
Desain
yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan
berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran.
Setiap
pembelajaran dispesifikkan ke dalam
tujuan kongkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis,
diusahakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistik. Sepucuk surat adalah
sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan atau peta juga
merupakan produk yang dapat dilihat
dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang
berhasil. Metode komunikatif dapat dilakukan
dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang mereka
lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan
maupun kelompok.
c. Metode
Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi
menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan
membaca dan berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan
bahasa. Sedangkan antarbidang studi
merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia
dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
d. Metode
Tematik
Dalam metode
tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang
sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah
tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema
tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,
kongkret, dan konseptual.
e. Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral
metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru
menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja
otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman
mereka. Konstuktivistik dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa
sendiri) dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan
langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Metode konstruktivistik
didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran
kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan
dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
f. Metode
Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi
siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardina, 2001).
Pembelajaran dengan menggunakan metode
ini akan mempermudah dalam pembelajaran menulis. Anak dimotivasi agar mampu
menulis.
|
5
|
Merancang berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi
yang dapat meningkatkan
kemampuan
menulis dan
berpikir
siswa.
|
Tujuan
Menulis adalah sebagai berikut.
a.
Menginformasikan segala sesuatu, baik
itu fakta, data maupun peristiwa
termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa
agar
khalayak
pembaca memperoleh pengetahuan dan
pemahaman baru tentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka
bumi ini.
b.
Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui
atau mendukung yang
dikemukakan.
Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya
bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi
persuasi
dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan
dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.
c.
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui
membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus
bertambah,
kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang. Orang-orang yang
berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai
pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
d.
Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur
dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media
cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya.
Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita
dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk
melepaskan ketegangan setelah seharian
sibuk beraktifitas.
Jenis-jenis
menulis:
Klasifikasi
keterampilan menulis berdasarkan jenis karangannya yaitu; karangan narasi,
eksposisi, deskripsi, argumentasi dan persuasi.
Beberapa rancangan kegiatan menulis di kelas
tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berfikir siswa, adalah :
1.
Model pembelajaran Citra 1
(Cari Ide Tulisan Tanpa Ragu)
Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa
menuliskan idea atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat.
2.
Model pembelajaran Citra 2
Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa
menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan
suatu tofik dalam table.
3.
Model pembelajaran Citra 3
Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa
menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan
suatu tofik dalam diagram
4.
Model pembelajaran citra 4
Model ini ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
tanggapan (repons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena
atau suatu hal
5.
Model pembelajaran citra 5
Ditujukan untukmeningkatkan keterampilan siswa menulis sebuah tofik
dalam paragraph.
6.
Model pembelajaran menulis
proses
Difokuskan untuk pembelajaran menulis informal.
|
6
|
Memperjelas
perencanaan dan
pelaksanaan
penilaian dan evaluasi dalam
pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
|
Penilaian
dalam Bahasa Indonesia
Dalam perencanaan dan
pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan
Sastra perlu memperhatikan, beberapa hal :
1. Ranah
kognitif
- Faktor ingatan
- Faktor pemahaman
- Faktor penerapan
- Faktor analisis
- Faktor sintesis
- Faktor penilaian
2. Ranah
afektif
Ada dua hal yang perlu dinilai
dalam ranah afektif yaitu kompetensi afektif dan kompetensi sikaf serta
minat siswa terhadap proses pembelajaran dan mata pelajaran
3. Ranah psikomotor
Dalam ranah ini aspek yang
dinilai melipui gerakan awal dan gerakan rutin, yang meliputi :
a)
Kemampuan siswa menggerakan anggota badan
b)
Kemampuan siswa menggerakan semi rutin, yaitu kemampuan menirukan
gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan
c)
Kemampuangerakan rutin, yaitu kemampuan menggerakan seluruh anggota
badan menyeluruh dengan sempurnah dan sampai pada tingkatan otomatis.
|
7
|
Merumuskan hakikat
(pengertian, tujuan,
jenis,
dan manfaat) membaca, dan menulis
|
1. Membaca
a. Pengertian
membeca
Membaca merupakan keterampilan
berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca
merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi.
b. Tujuan
membaca
Ada beberapa tujuan membaca
menurut Anderson (dalam Tarigan, 1985:9–10). “(1) menemukan detail atau
fakta, (2) menemukan gagasan utama,
(3) menemukan urutan atau organisasi
bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7)
membandingkan atau mempertentangkan”.
Selanjutnya, Nurhadi (1989:11)
menyebutkaan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan
informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan
problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu
luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan
informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan.
Rivers
dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu:
a.
Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang
suatu topik.
b.
Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi
pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja
alatalat rumah tangga).
c.
Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan
teka-teki.
d.
Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk
memahami surat-surat bisnis.
e.
Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang
tersedia.
f.
Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana
dilaporkan dalam koran, majalah, laporan).
g.
Memperoleh kesenangan atau hiburan.
c. Jenis-jenis
membaca
Menurut Tarigan (1985:11–13)
jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca
dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang
dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal,
dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca
telaah bahasa
d. Manfaat
membaca adalah untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan
dan diminati
2. Menulis
Pengetian menulis
Menurut Jago Tarigan ( 1995:
117) menulis berarti mengekpreikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat,
atau pikiran dan perasaan.
Tujuan
menulis
a.
Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun
peristiwatermasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa
agakhalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman bartentang berbagai
hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.
b.
Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula
pembadapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yadikemukakan.
Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembadengan menggunakan gaya
bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, persuasi dari sebuah tulisan akan
dapat menghasilkan apabila penumampu menyajikan dengan gaya bahasa yang
menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.
c.
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan.
Melalumembaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan
terusbertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akamenentukan
perilaku seseorang. Orang-orang yang berpemisalnya, cenderung lebih
terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargapendapat orang lain, dan tentu
saja cenderung lebih rasional.
d.
Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, buka
monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan
dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan
“ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula
menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah
seharian sibuk beraktifitas.
Jenis-jenis menulis
Keterampilan menulis dapat kita
klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang
tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan
menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis
berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau
empat kategori, yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan
argumentasi. Di berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
Manfaat menulis
Dapat menyampaikan ide,
gagasan, saran, motivasi, bujukan dan sebagainya kepada orang lain secara
luas dan langsung.
Teknik
Membaca:
·
SQ3R(Survey, Question, Read, Recite (Recall), dan Review)
·
Skimming (mengambil intisari bacaan)
·
Scanning (langsung ke sasaran)
|
8
|
Merumuskan hakikat
(pengertian, tujuan,
jenis,
dan manfaat) membaca, dan menulis
|
Jenis-jenis membaca
Menurut Tarigan (1984:11) Membaca
terdiri atas : a). membaca nyaring dan b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif dan 2). membaca intensif. Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal. Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa. Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide. Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.
a.
Membaca Nyaring
Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. b. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
c.
Membaca Intensif
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
1)
Membaca Pemahaman
Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah: (a) memiliki kosa kata yang banyak; (b) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana; (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang; (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian; (e) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).
2)
Membaca Kritis
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Nurhadi (1987) menguraikan
aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.
(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok paragraf; (b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya; (c) menyatakan kembali ide pokok paragraf; (d) menyatakan kembali fakta bacaan; (e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.
(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf; (b) menafsirkan gagasan utama bacaan; (c) membedakan fakta/detail bacaan; (d) menafsirkan ide-ide penunjang; (e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat; (f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.
(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan; (b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis; (c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan; (b) memeriksa detail/fakta penunjang; (c) mengklasifikasikan fakta-fakta; (d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan; (e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan; (b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan; (c) menentukan tema bacaan; (d) menyusun kerangka bacaan; (e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan; (f) membuat ringkasan.
(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan; (b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini; (c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang; (d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan; (e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat; (f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.
d. Membaca Cepat
|
9-10
|
Menemukan
isi atau pesan pokok wacana
lisan
monolog dan dialog dalam kehidupan
sehari-hari,
seperti berita, pidato.
|
Biasanya soal benbentuk,
penggalan isi berita atau pidato, dan kita dihadapkan pada pilihan isi atau
pesan dari penggalan pidato tersebut.
|
11-12
|
Menemukan
isi atau pesan pokok dalam
wacana
naratif seperti cerita rakyat, puisi.
|
Bentuk soal, menyajikan
penggalan cerita rakyat, atau puisi kemudian kita dihadapkan pada pilihan
menentukan isi atau pesan dari penggelan cerita atau puisi tersebut.
|
13
|
Membandingkan
berbagai jenis wacana
bahasa
Indonesia (deskripsi dan narasi,).
|
Jenis-jenis
karangan:
a. Eksposisi
Eksposisi
biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha
menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat
memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan
kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi
terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat
dipentingkan informasi yang akurat dan
lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan
uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada
surat kabar atau majalah.
b. Deskripsi
Deskrisi
adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat,
suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya,
melalui tulisannya, dapat ‘melihat’ apa yang dilihatnya, dapat ‘mendengar’ apa yang didengarnya,
‘merasakan’ apa yang dirasakanya, serta sampai kepada ‘kesimpulan’ yang sama dengannnya. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui
panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata (Marahimin. 1993.46)
c. Narasi (kisahan)
Narasi
atau kisahan merupakan corak tulisan
yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia
berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan
untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh
penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik (Pusat Bahasa. 2003.46).
d. Argumentasi
Argumentasi
merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis
meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi
berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan
dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran (Pusat
Bahasa. 2001. 45).
e. Persuasi
Persuasi
adalah karangan yang berisi paparan berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang
dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan
implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain,
persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa.
|
14
|
Menyusun
berbagai bentuk/jenis tulisan
surat.
|
Dalam berkomunikasi, manusia
saling memberikan informasi. Pemberian informasi oleh manusia dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara lisan maupun tulisan. Informasi secara lisan
terjadi jika si pemberi informasi saling berhadapan baik langsung maupun
tidak langsung. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara
berbicara melalui telepon, radio, televisi, dan sebagainya. Namun jika tidak
dapat berhadapan komunikasi dapat dilakukan melalui surat. Surat adalah salah
satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi dari satu pihak
(orang, instansi, atau organisasi) kepada pihak lain (orang, instansi, atau
organisasi).
Format Surat
Sebagai sarana tertulis, surat
memiliki format penulisan, terutama surat resmi atau dinas. Dengan adanya
format surat, penulisan surat menjadi teratur, bagian-bagian surat tidak
ditulis sembarang melainkan ditempatkan sesuai ketentuan. Bentuk penulisan
surat atau format surat yang lazim dipergunakan ada 5 bentuk, yaitu :
Bentuk setengah lurus atau
semiblock style terdapat dua jenis, yaitu bentuk Indonesia lama (versi a) dan
bentuk Indonesia baru (versi b). Berdasarkan pengamatan dalam pemakaian
bentuk surat, surat-surat resmi Indonesia lama banyak menggunakan format
versi a, sedangkan surat-surat resmi Indonesia baru menggunakan format
versi b. Dalam kaitan dengan format surat, Pusat Bahasa dalam kegiatan
surat-menyurat sehari-hari melazimkan format setengah lurus versi b.
Dan, Pusat Bahasa menganjurkan kepada masyarakat, melalui penyuluhan
bahasa Indonesia di berbagai instansi, penyuluhan bahasa Indonesia melalui
telepon atau melalui surat, untuk menggunakan format setengah lurus b karena
ini dianggap lebih efisien dan lebih menarik.
Jenis-jenis Surat
1.
Surat Pribadi
Surat pribadi adalah surat yang
dipergunakan untuk kepentingan pribadi. Isi surat berhubungan dengan urusan
pribadi. Contohnya surat seorang anak kepada orang tuanya atau surat kepada
teman. Ciri-ciri surat pribadi seperti berikut.
2.
Surat Resmi
Surat resmi ialah surat yang
dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat resmi, baik yang ditulis dari
perseorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi. Contohnya: surat
undangan, surat pemberitahuan, dan surat edaran. Ciri-ciri surat resmi,
seperti berikut.
3. Surat Dinas
Surat dinas ialah surat yang dipergunakan
untuk kepentingan pekerjaan, tugas dari kantor, atau kegiatan dinas. Surat
ini berasal dari instansi atau lembaga baik swasta maupun negeri. Contoh:
surat tugas, surat perintah, memorandum, dan surat keputusan. Surat dinas
yang berifat perseorangan ialah surat lamaran pekerjaan, surat permohonan
izin, dan surat permohonan cuti. Ciri-ciri surat dinas, seperti berikut.
Penggunaan Bahasa dalam Surat
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan bahasa di dalam
surat bergantung pada jenis pemakaian surat dan tujuan surat. Untuk surat
pribadi, penggunaan bahasa bersifat subjektif, bergantung pada keinginan si
penulisnya dan kepada siapa surat ditujukan. Menulis surat untuk orang tua
tentu akan menggunakan bahasa lebih formal dan santun, berbeda dengan menulis
surat untuk teman atau sahabat. Begitu pula dengan surat pribadi yang
bersifat resmi seperti surat lamaran pekerjaan, surat permohonan izin, dan
cuti. Meskipun bersifat pribadi, tapi karena ditujukan kepada sebuah instansi
atau perusahaan tentu penulis harus menggunakan bahasa yang resmi dan formal.
Lain halnya dengan surat resmi dan surat dinas, penggunaan bahasa cenderung
menggunakan kosakata baku dan struktur kalimat yang lengkap. Hal ini
disebabkan karena surat resmi dan surat dinas dipergunakan untuk tujuan atau
fungsi-fungsi yang bersifat resmi atau kedinasan.
Surat Lamaran Pekerjaan
Surat lamaran pekerjaan dapat
ditulis tangan atau diketik. Adakalanya suatu perusahaan atau instansi
tertentu mensyaratkan secara khusus agar surat lamaran yang dikirimkan
pelamar ditulis tangan atau diketik. Kalaupun surat lamaran pekerjaan akan
ditulis tangan, tulisan tersebut hendaknya jelas, mudah dibaca, dan rapi. Surat
yang ditulis seperti itu akan memudahkan orang yang membacanya.
Bagian surat lamaran pekerjaan
sebagai berikut.
Penulis surat lamaran surat lamaran
hendaknya mematuhi rambu-rambu berikut ini.
Selain itu, bahasa surat lamaran
pekerjaan harus memenuhi aturan sebagai berikut.
Surat lamaran pekerjaan dapat dibuat
setelah calon pelamar mendapat informasi adanya lowongan pekerjaan di
perusahaan atau instansi tertentu. Informasi itu dapat diperoleh, baik
melalui media massa atau media audio visual. Selain itu, ada juga surat
lamaran pekerjaan yang dibuat atas inisiatif dari calon pelamar sendiri.
Surat Undangan
Undangan berasal dari kata dasar
“undang” dan akhiran “an”. Undang berarti panggil. Mengundang berarti
memanggil atau mempersilakan datang. Undangan adalah kata benda yang berarti
orang yang dipanggil atau dipersilakan datang untuk hadir pada waktu, hari,
tanggal, tempat yang sudah ditetapkan dalam undangan. Surat undangan
merupakan suatu penghormatan kepada orang yang diundang. Bentuk dan susunan
surat undangan hendaknya disusun semenarik mungkin, jelas isinya dan
dikirimkan tepat waktu agar yang diundang dapat mempersiapkan untuk memenuhi
undangan tersebut. Dengan demikian, surat undangan adalah surat pemberitahuan
akan adanya suatu acara/kegiatan pertemuan, upacara dengan harapan agar
penerima undangan dapat hadir pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan.
1. Bagian-Bagian Surat Undangana. Kepala Surat
b. Isi Surat
c. Penutup/Kaki Surat
|
15
|
Mendeskripsikan
unsure-unsur makalah
|
Makalah
adalah suatu karya tulis ilmiah menenai suatu permasalahan atau suatu topik
tertentu.
Langkah
awal pembuatan contoh makalah adalah sbb :
1.
Memilih Topik
2.
Tentukan Tujuan
3.
Tuliskan Minat Anda
4.
Evaluasi Potensial Topik
5.
Membuat Outline
6.
Menuliskan Tubuh Esai
Tips
membuat makalah dari kumpulan contoh makalah hampir sama dgn contoh proposal
ditinjau dari segi penulisan: Buatlah tulisan yg jelas, lengkap, ringkas,
nyata, konstruktif, bersahabat, dan akurat.
Dan
berikut struktur makalah :
1.
Kata Pengantar
2.
Daftar Isi
3.
Pendahuluan
4.
Landasan Teori
5.
Pembahasan
6.
Kesimpulan
7.
Daftar Pustaka
|
16
|
Menganalisis
unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra
|
Unsur
intrinsik
· Tema (Gagasan utama
penulis yang dituangkan dalam karangannya)
· Amanat (Pesan moral
yang ingin disampaikan penulis melalui karangannya)
· Feeling
(Perasaan/sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisi)
· Nada (sikap penyair
terhadap pembaca)
· Citraan (Cara
membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu)
· Gaya bahasa (Cara
menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik atau sekaligus
kedua-duanya bertambah)
|
17
|
Menganalisis
unsur intrinksik dan
ekstrinsik,
struktur, dan ciri-ciri karya sastra
|
Unsur
intrinsik prosa:
1) Tema
Tema
adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya.
2) Alur
Alur
merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Bagian-bagian alur tersebut
tidaklah seragam. Kadang-kadang
susunannya itu langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagaian
pengenalan. Ada pula yang diawali dengan pengungkapan peristiwa, lalu
pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak konflik.
3) Penokohan
Penokohan
yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan dapat
dilakukan menggunakan metode (a) analitik, (b) dramatik, dan (c) kontekstual.
Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja
pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat
dilakukan melalui penggambaran (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial. Latar
berkaitan erat dengan tokoh dan alur.
3) Latar
Latar
adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada
dalam cerita. Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak
dikenal, dan tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang
menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui
secara pasti.
4) Sudut pandang
Sudut
pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini
terdiri atas dua macam: a) berperan langsung, sebagai orang pertama, dan b)
berperan sebagai pengamat atau orang ketiga
5) Amanat
Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui karyanya.
Unsur
Ekstrinsik:
Unsur
ekstrinsik prosa adalah segala faktor
luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra, seperti faktor pendidikan
pengarang, faktor kesejarahan, dan faktor sosial budaya.
|
18
|
Menyusun
langkah-langkah membuat
parafrase
puisi ke prosa.
|
Ada
tiga aspek yang perlu dipahami untuk mengerti hakikat puisi, yakni: 1) fungsi
estetik; 2) kepadatan; dan 3) ekspresi tidak langsung.
Apresiasi
puisi dengan teknik parafrase
a.
Membaca puisi berulang kali
b.
Melakukan pemenggalan dengan membubuhkan tanda-tanda
berikut
1.
Garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut
diperlukan tanda baca koma.
2.
Dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik,
yaitu jika makna atau pengertian kalimat sudah tercapai.
c. Melakukan parafrase dengan menyisipkan atau
menambahkan kata-kata yang dapat emperjelas maksud kalimat dalam puisi.
d. Menentukan makna kata/ kalimat yang
konotatif (jika ada).
e. Menceritakan kembali isi puisi dengan
kata-kata sendiri dalam bentuk prosa
|
19
|
Menilai
prosa
|
Prosa
adalah karya sastra yang dibangun oleh
paragraf demi paragraf yang di dalamnya menguraikan suatu bahasan atau peristiwa. Prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta, ide, atau cerita. Secara umum, prosa
terbagi ke dalam dua jenis, yakni nonsastra dan prosa sastra. Yang termasuk
ke dalam prosa nonsastra adalah karangan-karangan yang biasa disebut dengan
karangan ilmiah, seperti laporan
penelitian, makalah, atau artikel. Adapun prosa sastra itu sendiri terbagi
lagi ke dalam dua jenis, yakni prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi
meliputi dongeng, cerpen, dan novel.
Prosa nonfiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai. Ada tiga cara penilaian karya prosa, yaitu
:
a)
Teknik penyekoran holistic (
Penilaian berdasarkan kesan secara keseluruhan dari sebuah karya sastra.
b)
Teknik penyekoran analitik (
Penyekoran berdasarkan pada komponen-komponen pembentuk karya prosa dengan
melakukan penghitungan secara rici, meliputi; judul, gagasan, dll)
c)
Teknik penyekoran terhadap
unsur-unsur yang diutamakan (Teknik penilaian keseluruhan karya prosa yang
diutmakan pada unsure-unsur utama pembentuk karangan, misalkan komponen
struktur, kosa kata, gaya, isi, atau organisasi.
Penilaian
dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau
kategori-kategori tertentu. Perincian kategori dalam setiap karangan dapat
berbeda-beda variasinya. Kategori-kategori
yang
pokok hendaknya meliputi:
1)
tema
2)
kualitas dan ruang lingkup isi;
3)
organisasi dan penyajian isi
4)
gaya dan bentuk bahasa;
5)
mekanik: tatabahasa, ejaan, tanda baca, kerapihan dan
kebersihan tulisan;
6)
Respons efektif guru terhadap karya tulis.
CONTOH:
1.
Jenis tagihan : uraian dan portofolio
2.
Prosedur : tes proses dan tes akhir.
3.
Instrumen
a. Lembar soal
b. Format penilaian
Cara menilai prosa:
·
Kesesuaian tema
·
Daya tarik isi cerita
·
Keutuhan pengembangan
·
Ketepatan pilihan kata.
·
Ketepatan ejaan
|
20
|
Mengapresiasi
drama.
|
Karya sastra pada umumnya
menceritakan kenyataan hidup dalam bentuk artistik sehingga kehadirannya
mempunyai arti tersendiri bagi si pembaca atau si penikmatnya. Bahasa
ekspresif yang paling kompleks yang diolah dengan penuh estetika merupakan
alat untuk menghadirkan kenyataan hidup tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Hardjana (1981:25),
"Sebuah karya sastra ... merupakan suatu kebulatan yang utuh, khas, dan
berdiri sendiri. Merupakan satu dunia keindahan dalam ujud bahasa yang dari
dirinya telah dipenuhi dengan kehidupan dan realitas". Dengan demikian
karya sastra mengajak manusia merasakan kebenaran dan kenyataan kehidupan
dengas segala eksistensinya. Dalam proses memahaminya dituntut suatu proses
daya tanggap dan kejiwaan.
Pada sisi lain, Semi (1984: 2)
berpendapat, "Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni
kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
bahasa sebagai mediumnya". Menyikapi pendapat-pendapat pakar sastra tersebut,
patut kiranya bila masalah kehidupan yang telah tertuang dalam karya sastra
itu selalu kita telaah dan kita jadikan kajian yang seharusnya tidak
membosankan.
Drama sebagai karya sastra tidak
terlepas dari pembicaraan di atas. Dalam drama, masalah kehidupan dan
kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidaklah terlepas dari aspek-aspek
sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya. Drama juga
menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam kaitannya
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya masalah perasaan sayang, cinta,
benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain-lain.
Menurut Semi (1984:145),
"drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu
disebabkan drama dilakonkan oleh manusia. Drama tidak dapat mempertunjukkan
tentang peristiwa kehidupan singa dihutan belantara, tentang malaikat di
sorga, atau kehidupan dibawah permukaan laut".
Karena drama hanya menyangkut
masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat
komunikasi sosial dalam masyarakat. Melalui drama, manusia dapat menemukan
masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya kemudian menjadikannya sebagai
bahan pertimbangan, perbandingan, atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu
secara lebih baik. Hal ini merupakan salah satu fungsi dan peranan drama, di
samping ada juga masyarakat tertentu yang menganggap drama sebagai milik
sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya sastra.
Sebenarnya tidaklah demikian. Karya sastra dalam bentuk apapun hendaknya
dirasakan sebagai milik masyarakat. Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi
sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada didalamnya dapat dipahami dan
dipedomani.
Konsep Dasar tentang Drama
Berbicara masalah drama, kita akan
dihadapkan kepada dua pemikiran. Pada satu segi kita teringat kepada jenis
pertunjukan yang mengasyikkan atau menjemukan. Pada segi lain kita berpikir
tentang sebuah naskah yang dikarang atau ditulis dalam bentuk dialog-dialog
(merupakan karya sastra).
Kerangka pemikiran kita yang
seperti ini dapat dijelaskan dalam suatu konsep pikiran yang jelas dan utuh
sehingga kita dapat memahami mana yang dikatakan drama sebagai pemikiran yang
pertama dan mana yang pemikiran kedua. Maksudnya di sini adalah, kita sanggup
membedakan antara kedua pemikiran di atas dan dapat melihat hubungan antara
keduanya.
Menurut Tarigan (1984:73), ada dua
pengertian drama, yaitu: (1) drama sebagai text play atau reportair, dan (2)
drama sebagai theatre atau performance. Hubungan keduanya sangat erat. Dengan
kata lain: setiap lakon atau pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan
dipentaskan. Sebaliknya tidaklah otomatis setiap naskah merupakan teater,
sebab ada saja kemungkinan naskah yang seperti itu hanyalah berfungsi sebagai
bahan bacaan saja, bukan untuk pertunjukan. Jadi, ada naskah yang dapat
dipentaskan dan ada yang tidak, misalnya drama "Awal dan Mira"
karya Utuy Tatang Sontani. Drama ini sulit untuk dipentaskan tetapi enak
untuk dibaca (lihat Rosidi, 1982:114).
Memahami penjelasan diatas, dapat
diambil suatu perbedaan nyata dari keduanya. Perbedaan itu adalah:
Berdasarkan hal di atas, antara
keduanya harus dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan naskah
drama itu bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan. Teori-teori dari
beberapa orang ahlipun memperlihatkan bahwa pembahasan aspek-aspek drama
dalam dua pengertian drama di atas berbeda.
Aspek yang dibahas atau materi
utama pada text-play adalah: a) premis (tema), b) watak, dan c) plot,
sedangkan pada pementasan adalah: a) naskah, b) pelaku, c) pentas, d)
perlengkapan pentas, e) tata busana (pakaian), f) tata rias, g) cahaya, h)
dekorasi, dan i) musik (bandingkan dengan Syam, 1984:17).
Rumusan tentang perbedaan kedua
pemikiran di atas dapat juga dibandingkan dengan pendapat Martoko (1984:158)
yaitu dalam pembatasannya tentang pengertian pementasan. Ia menyatakan
"pementasan itu merupakan sebuah sintesa dan mengimbau pada beberapa
indera sekaligus".
Mengapresiasi Drama sebagai Karya
Sastra
Seperti halnya puisi dan prosa,
drama sebagai karya sastra perlu diapresiasikan lewat pembacaan terhadap
naskahnya. Pengertian apresiasi dalam drama sama dengan apresiasi sastra
lainnya, yaitu merupakan penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian
nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas,
sadar, serta kritis.
Kalau demikian halnya, layaklah
drama sebagai karya sastra merupakan hal yang utama untuk didekati, dipahami,
ditelaah, dan diapresiasi. Dari pengapresiasian naskah yang dilakukan akan
diperoleh pengalaman. Pengalaman inilah yang akhirnya kita hubungkan dengan
keadaan sebenarnya di luar drama. Akhirnya ditemukanlah suatu perubahan
nilai-nilai dalam diri. Pementasan tidak lagi diterima sebagai penentu nilai
sebuah drama. Yang menentukan adalah proses apresiasi sendiri sebagai
pembaca. Dalam hal ini menurut Damono (1983:150) adalah:
Kita bisa saja mendapatkan
pengalaman dengan hanya membaca drama; ... Dan kita juga berhak berbicara
tentang drama sebagai karya sastra. Itulah alasan mengapa drama diedarkan dalam
bentuk buku, mengapa Martin Esslin menulis tentang drama absurd, Francis
Fergusson menulis "The Human Image in Dramatic Literature." Helen
Cardner membicarakan "Murder in the Cathederal." T.S. Elliot dalam
"The Art of T.S. Elliot," dan seterusnya.
Sampainya seseorang dalam
mengapresiasikan naskah drama memerlukan suatu proses. Proses ini membutuhkan
seperangkat perlengkapan. Ini dibutuhkan bukan saja untuk memahami maksud dan
pesan pengarang, tetapi juga untuk memahami bagaimana pengarang secara estetik
menyampaikan maksud dan pesannya itu.
Berbagai teori digunakan untuk
mengapresiasikan karya sastra drama itu. Kita kenal struktur dramatik
Aristoteles. Titik pangkalnya adalah rumusan tentang karya sastra drama yang
baik biasanya memiliki alur cerita yang berbentuk piramida, diawali dengan
unsur eksposisi, dilanjutkan dengan komplikasi, memuncak pada klimaks,
menurut kembali pada resolusi, dan berakhir pada konklusi.
Teori lain adalah yang
bertitik-tolak dari tokoh utama cerita atau ada juga yang menggunakan teori
strukturalistik yang dikembangkan oleh Etienne Sourlau. Teori ini mendekati
karya sastra drama dari sisi fungsi-fungsi yang terdapat di dalamnya. Namun
demikian, karena drama adalah bagian dari seni sastra dan seni peran maka
proses apresiasinya bertolak dari intuitif. Dalam hal ini Saini K.M.
(1965:55) berpendapat:
Pada dasarnya semua karya seni
adalah pengetahuan intuitif. Makna karya seni hanya dapat dipahami melalui
pikiran, perasaan, dan khayalan sekaligus, dengan kata lain, dengan intuisi. Namun
di dalam upaya memahami makna karya seni, kegiatan pikiran (intelek, rasio),
perasaan (emosi), daya khayal (imajinasi) tidak senantiasa seimbang.
Kadang-kadang pikiran menonjol perannya, kadang-kadang perasaan,
kadang-kadang khayal. Di dalam menghadapi karya sastra drama dari gaya
realisme, misalnya, intelek kita lebih banyak bekerja dibanding dengan
khayal; di dalam jenis melodrama, perasaan cenderung lebih dipancing untuk
giat oleh sastrawannya.
Menyikapi pendapat di atas,
sebagai seni peran atau teater, sastra drama telah melalui proses intuitif
dari sutradara. Sastra drama itu telah diolah dalam bentuk penafsiran,
pemotongan cerita yang kurang menunjang, atau penambahan dialog yang mungkin
relevan dan tidak menyimpang dari ide cerita. Hal inilah yang membedakannya
dengan apresiasi sastra drama sebagai bentuk tersendiri yang bukan untuk
tujuan pementasan atau teater. Sebagai karya sastra drama betul-betul
dihadapi dalam keutuhan dan keseluruhan simbol-simbol bahasa yang ada dalam
naskah. Ia tidak bisa dihilangkan atau ditambah.
Pendekatan dalam Mengapresiasi
Sastra Drama
Berdasarkan teori-teori yang
dijelaskan sebelumnya untuk mengapresiasi sastra drama, ada beberapa pendapat
yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. Menurut Hamidy (1984:15)
pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:
Lima pendekatan di atas sebenarnya
merupakan satu alternatif saja dari cara lain atau pendekatan lain yang
mungkin dapat dilakukan dalam mengapresiasi sastra drama. Persoalan penting
yang seharusnya dipahami adalah bagaimana agar kedudukan drama sebagai
apresiasi sastra seimbang dengan pembicaraan atau apresiasi sastra lainnya.
Harapan ini muncul agar drama sebagai karya sastra tidak terlepas dari bahasa
sastra Indonesia.
Tingkat-tingkat Apresiasi Sastra
Drama
Tingkat apresiasi dalam pengertian
ini dilihat dari daya tanggap, pemahaman, pengkhayalan, dan ketrampilan.
Dengan demikian menyangkut pula pengertian tingkat kesiapan dalam menanggapi,
memahami, menghayati, dan keterampilan dalam tingkat apresiasi sastra.
Menurut Mio (1991:19) tingkat-tingkat apresiasi sastra drama, khususnya
pembacaan drama dan prosa dapat dibagi atas empat, yaitu:
|
makasih bu atas amal berupa bedah kisi-kisi...
BalasHapusalhamdulillaah semoga bermanfaat
BalasHapus