Laman

07 Desember 2011

Artikel Sains

BAHAN AJAR BERORIENTASI LITERASI SAINS
Sumber: Membangun Literasi Sains Peserta Didik
(Uus Toharudin, dkk. 2011)

A.Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains

Terdapat dua pengertian mendasar yang harus dipahami mengenai Bahan Ajar Berorientasi Literasi sains, pertama literasi sains, dan yang kedua adalah adalah bahan ajar. Keduanya saling berhubungan, dalam pembelajaran di sekolah pada umumnya literasi sains berkaitan dengan penggunaan bahan ajar yang digunakan, keadaan bahan ajar menjadi sangat penting untuk dicermati (Toharuddin, et.al:2011).
Secara harfiah literasi sains berasal dari dua padanan kata yaitu literasi dan sains. Literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf (Echols dan Shadilly, 1990). Sains berarti ilmu pengetahuan. Sains merupakan sekelompok pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah (Pudjiadi,1987). C.E de Boer (1991) menyatakan bahwa orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University yang menyatakan Scientific Literacy berarti memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Poedjiadi (2005) menyatakan literasi sains dan teknologi adalah suatu kebutuhan dan tantangan, karena keduanya memainkan peranan penting dalam kehidupan, terutama untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar atau materi pelajaran sains tidak hanya merupakan sekumpulan fakta, konsep, prosedur serta pengetahuan yang bersifat metakognitif semata. Bahan ajar sains yang diperlukan oleh siswa adalah bahan ajar yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam usaha menguasai materi pelajaran dan kompetensi yang berkaitan dengan literasi sains harus dimilikinya.

Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi siswa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi, yaitu untuk belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi, sehingga siswa dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Menurut Suhendra Yusuf (2003), literasi sains penting untuk dikuasai siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat tergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki literasi sains menurut Poedjiadi (2005: 102-103). Pertama, ia menggunakan konsep sains-konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila mengambil keputusan yang bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, ia mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat. Ketiga, ia mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui pengelolaan sumber daya alam. Keempat, ia menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Kelima, ia memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya. Keenam, ia menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya. Ketujuh, ia mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah tergantung pada proses-proses inkuari dan teori-teori. Kedelapan, ia membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi. Kesembilan, ia mengakui asal usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah adalah tentatif. Kesepuluh, ia mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan teknolog. Kesebelas, ia memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup untuk memberi penghargaan pada penelitian dan pengembangan teknologi. Keduabelas, ia mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan.

Setelah memahami karakteristik orang yang memiliki literasi sains, maka para praktisi dapat menentukan arah pendidikan sains dan bagaimana menciptakan sebuah kondisi agar penguasaan literasi sains oleh siswa tersebut dapat terwujud.

B.Dimensi Pokok Bahan Ajar untuk Mengembangkan Literasi Sains
Bahan ajar berbasis literasi sains merupakan perpaduan dari dua dimensi pokok, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi literasi sains.

1. Dimensi Pengetahuan sebagai Bahan Ajar Sains
Terdapat empat macam dimensi pengetahuan yang merupakan materi pembelajaran, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis pengetahuan tersebut pada dasarnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkrit hingga yang sifatnya abstrak (metakognitif).

a.Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge) adalah pengetahuan yang merupakan potongan-potongan informasi yang masih terpisah atau disebut juga unsur dasar dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang terdiri dari pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur. Contoh pengetahuan faktual antara lain adalah nama tempat, tanggal kejadian, nama tokoh, peristiwa penting.

b.Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge) adalah pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya memiliki fungsi yang bekerja secara bersama-sama. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, serta pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

c.Pengetahuan Prosedural (Prosedural Knowledge) adalah pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Biasanya pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Ada tiga jenis pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan bidang tertentu dan algoritma untuk menyelesaikan suatu masalah, pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu serta pengetahuan mengenai suatu kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan.

d.Pengetahuan metakognitif (Metakognitif knowledge) adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri, yang terdiri dari tiga jenis. Pertama, pengetahuan strategik mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Kedua, pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai. Ketiga, pengetahuan tentang diri sendiri. Contoh pengetahuan metakognitif adalah : pengetahuan tentang cara belajar dengan cara mengulang-ulang informasi, pengetahuan tentang cara memahami buku pelajaran yang lebih sulit dibandingkan memahami buku popular, serta pengetahuan mengenai kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas.

2.Dimensi Literasi Sains
Literasi sains merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Ada tiga dimensi literasi sains, yaitu: konten, proses dan konteks.

a)Konten Literasi Sains
Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts) siswa perlu menangkap sejumlah konsep esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia.

b)Proses Literasi Sains
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti, seperti : mengenali pertanyaan ilmiah (i), mengidentifikasi bukti (ii), menarik kesimpulan (iii), mengkomunikasikan kesimpulan (iv), dan menunjukkan pemahaman konsep ilmiah (v).

c)Konteks Literasi sains
Konteks literasi sains melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi.
Pengetahuan Ilmiah meliputi pengetahuan sains dan pengetahuan mengenai sains. Pengetahuan sains mencakup fisika, kimia, biologi, ilmu pengeta-huan bumi antariksa, dan teknologi berbasis sains. Adapun pengetahuan mengenai sains adalah alat (inkuiri ilmiah) dan tujuan (penjelasan ilmiah). Situasi atau konteks meliputi area aplikasi konsep-konsep sains, sedangkan sikap mengindi-kasikan minat siswa pada sains, menyukai inkuiri ilmiah, motivasi untuk mau bertanggung jawab, misalnya terhadap dirinya, sumber daya alam dan lingkungan.

C.Beberapa Aspek Penting dalam Pengembangan Literasi Sains Berbasis Bahan Ajar
Materi yang terdapat dalam pelajaran sains termasuk ke dalam kurikulum kolateral. Ketuntasan siswa dalam mempelajari suatu konsep dalam mata pelajaran sains ditentukan pula oleh ketuntasan materi-materi yang merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Penguasaan konsep-konsep atau materi sains bagi siswa pada dasarnya tergantung pula pada penguasaan teknik dan nonteknik kebahasaan yang terdapat dalam sains (literacy science), yaitu : istilah-istilah sains, membaca bahan bacaan sains, dan mengkomunikasikan sains baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, hal-hal yang berdampak pada keberhasilan siswa dalam menuntaskan pelajaran adalah kebiasaan dan cara siswa belajar serta kemampuan guru dalam mengenali potensi siswa sehingga dapat menyusun, merumuskan, melaksanakan kurikulum serta melakukan evaluasi atau penilaian terhadap siswa maupun kurikulum untuk menilai tingkat pencapaian pembelajaran.

1.Aspek Pemahaman Terhadap Istilah-Istilah dalam Sains
Istilah-istilah ilmiah yang terdapat dalam sains dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep sains. Ada beberapa kata yang mudah dibaca dan mudah diingat namun sulit untuk dimengerti oleh siswa, ada pula proses atau peristiwa sains yang mudah dimengerti oleh siswa namun siswa mengalami kesulitan untuk menyebutkan istilahnya. Oleh sebab itu, guru harus dapat membantu siswa untuk menentukan kata kunci atau istilah penting yang terdapat dalam bacaan.

2.Aspek Membaca dalam Sains
Kegiatan membaca secara umum terbagi menjadi empat kategori, yaitu membaca tanpa henti (continuous reading), membaca perlahan dan mempelajarinya (close reading), membaca sepintas secara cepat (skimming), mencari sebagian informasi yang dibutuhkan (scanning). Membaca dalam sains menuntut beberapa aktifitas yang sebaiknya dilakukan untuk dapat memahami isi bacaan. Seorang guru sebaiknya dapat memberikan rangsangan atau motivasi yang tinggi bagi siswa untuk membaca dan memberikan saran agar siswa dapat dengan mudah memahami apa yang dibacanya, dan bukan hanya terpaku pada kemampuan dia membaca.

3.Aspek Menulis dalam Pembelajaran Sains
Terdapat enam hal yang dapat membantu siswa berfikir secara ilmiah melalui kegiatan menulis dalam sains. Pertama, adalah ketika siswa terlatih untuk memberikan penjelasan bagaimana, yang kedua adalah ketika siswa memberikan penjelasan mengapa, hal ini tentu dapat membantu mereka menggambarkan suatu proses dan menghubungkan beberapa ide secara bersamaan yang memiliki konsep yang saling mendukung. Hal yang ketiga adalah siswa menuliskan argumennya, yang dapat membantunya mengembangkan kemampuan dalam mengemukakan ide atau gagasannya. Keempat, adalah ketika siswa memberikan gambaran kemudian membuat kesimpulan. Kelima, siswa menuliskan hasil analisisnya terhadap suatu keadaan serta keenam, yaitu membuat sebuah perencanaan , maka hal tersebut dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya dalam inkuri sains.

4.Aspek Berkomunikasi Secara Lisan dalam Pembelajaran Sains
Beberapa penelitian membuktikan bahwa siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru namun sedikit sekali yang menggunakan waktunya untuk berdiskusi dengan teman atau gurunya. Siswa butuh kesempatan untuk dapat mengungkapkan, menjelaskan dan menunjukkan pemahamannya tentang sains dan menggunakan istilah-istilah sains yang diketahuinya secara benar. Siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya dengan berbicara, berdiskusi, serta berbagi untuk mengungkapkan apa yang diketahuinya dan mengetahui apa yang diketahui orang lain. Peran guru dalam hal ini adalah mengorganisir serta memberikan arahan pada saat siswa melakukan diskusi agar diskusi dapat berjalan efektif.

D.Kriteria Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains
Pada saat menyusun dan menulis bahan ajar untuk mengembangkan literasi sains, guru atau penulis bahan ajar perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti berikut.

1. Sudut Pandang
Bahan ajar yang disusun sebaiknya mempunyai landasan, prinsip atau sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasinya. Dalam pembelajaran sains, pemahaman seorang penulis bahan ajar mengenai hakikat sains dan literasi sains akan sangat menentukan kualitas bahan ajar yang disusunnya.

2.Tujuan Penyusunan Bahan Ajar
Penyusunan bahan ajar sebaiknya memiliki tujuan yang jelas, apakah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, ataukah psikomotor. Bahan ajar yang disusun bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator yang dirumuskan.

3.Kejelasan dan Kebenaran Konsep
Konsep-konsep yang diuraikan dalam bahan ajar hendaknya jelas. Penjelasan mengenai suatu konsep hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa, oleh karena itu penulis bahan ajar sebaiknya mampu menyederhanakan suatu konsep kedalam bahasa anak dan pemahaman anak.

4.Sesuai dengan Kurikulum yang berlaku
Kurikulum adalah acuan utama dalam pengembangan bahan ajar. Dalam kurikulum disebutkan tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah mengalami proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar merupakan hasil analisis dan uraian lebih lanjut dari kompetensi dan merupakan kumpulan pengetahuan yang perlu diketahui siswa untuk dapat memperoleh kompetensi yang ditetapkan.

5.Menarik Minat Siswa
Bahan ajar yang disusun sebaiknya dapat menarik minat siswa yang membacanya. Ketertarikan siswa terhadap bahan ajar merupakan sebuah kekuatan yang dapat membantu tercapainya tujuan yang diharapkan.

6.Menumbuhkan Motivasi, Menstimulasi Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Siswa
Selain menarik, bahan ajar sebaiknya dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa sehingga terdorong untuk mempelajarinya dan menstimulusnya untuk melakukan aktifitas pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan dan indikator pembelajaran.

7.Ilustratif
Ilustrasi adalah penggambaran terhadap sesuatu. Ilustrasi berfungsi untuk lebih memperjelas konsep dan dapat disajikan dalam bentuk deskripsi dan grafis. Fungsi pokok ilustrasi ialah menyederhanakan, meringkas, memperjelas, menarik/memusatkan perhatikan, menghindari kejenuhan, dan menghias ruang kosong.

8.Penggunaan Bahasa yang Komunikatif, Logis dan Sistematis
Penggunaan bahasa dalam bahan ajar hendaknya memperhatikan beberapa aspek untuk dapat membantunya memahami uraian materi, yaitu: sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menggunakan kalimat efektif dan terhindar dari makna ganda.

9.Kontekstual dan Mutakhir
Materi yang disusun dalam bahan ajar hendaknya mutakhir atau kontekstual serta menunjang penguasaan kemampuan literasi sains siswa, maksudnya adalah bahwa bahan ajar tersebut memiliki kesesuaian dengan kehidupan anak sehari-hari dan dapat membekalinya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata yang dihadapinya.

10.Menghargai Perbedaan Individu
Sebuah bahan ajar yang baik tidaklah membesar-besarkan perbedaan individu tertentu. Perbedaan dalam kemampuan , bakat, minat, ekonomi, sosial, budaya setiap individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.

11.Memantapkan Nilai-Nilai
Bahan ajar yang disusun hendaknya dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar berangsur angsur meluas ke regional, nasional dan internasional. Bahan ajar juga hendaknya menunjang pemahaman bagi mata pelajaran lainnya, bersifat membangun keteladanan atau contoh yang pantas ditiru, serta dapat menumbuhkan perbendaharaan kata siswa. Menumbuhkan keberanian antara lain menampilkan diri melalui ekspresi buah pikiran, menanggapi, adu argumentasi. Bersifat kultural-edukatif dan memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

Manusia Makhluk Berpikir

Manusia Sebagai Makhluk Berpikir
By: Sri Hendrawati

Tuhan menciptakan dua macam benda sebagai pengisi bumi yang sifatnya organis dan anorganis. Benda hidup disebut makhluk yang memiliki ciri-ciri unik dan memiliki tingkatan (tumbuhan, hewan, manusia), serta tunduk pada hukum biologis. Benda tak hidup bersifat mati, tetap dan tunduk pada hukum alam (deterministis), terdiri dari benda yang berwujud padat, cair dan gas.
Makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan benda tak hidup, yaitu dapat berkembang biak, bernafas, dapat bergerak, melakukan adaptasi, serta peka terhadap rangsang (iritabilitas). Manusia sabagai mahluk hidup sama seperti mahluk hidup lainnya mempunyai ciri hidup, yaitu berkembang biak, memerlukan nutrisi, bergerak tumbuh dan berkembang, beradaptasi serta peka terhadap rangsang. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan partikularistik (unik). Keunikan manusia antara lain karena ia memiliki kecerdasan (homo sapiens), dapat membuat alat-alat (homo faber), dapat berbicara (homo longuens), hidup bermasyarakat (homo socius), melakukan kegiatan usaha (homo aeconomicus), memiliki berkeyakinan (homo religius), berbudaya (homo humanis), serta tahu akan keindahan (homo aestheticus).

Sifat lain dari manusia selain unik adalah rasa ingin tahu yang sangat besar. Sifat rasa ingin tahu yang sangat besar yang dimiliki manusia biasanya timbul ketika manusia dihadapkan pada suatu masalah. Masalah yang menyangkut hidup manusia telah ada sejak permulaan kehidupan manusia. Masalah tersebut misalnya munculnya wabah penyakit, bencana alam, kelaparan. Ketika muncul hal tersebut maka dengan akal dan pikirannya manusia mulai berfikir dan berusaha untuk mencari penyebabnya. Sejak saat itulah munculah ilmu pengetahuan, awalnya yang melakukan penelitian adalah ahli sihir, dukun dan pendeta. Babak baru ilmu pengetahuan dimulai sejak kebudayaan Yunani, sejak saat itu urusan ilmu pengetahuan mulai bergeser dari ahli sihir, dukun ataupun pendeta kepada kelompok masyarakat lainnya.

Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale.
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia? Manusia memikirkan segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera manusia disebut pengalaman atau experience, sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera oleh manusi disebut dunia metafisika (meta = beyond, metafisika = beyond experience. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transcendental.

Berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan tahu tentang sesuatu, yang jika diakui secara umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui sesuatu itu membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada kerumitannya. Lazimnya, cara berpikir untuk mengetahui sesuatu itu adalah dengan mengurai atau merangkai sesuatu yang menghasilkan pengertian dan pengetahuan baru. Kegiatan mengurai atau merangkai sesuatu dalam proses berpikir adalah dua hal yang saling berkaitan

Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan.

Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.

Apa yang dipikirkan manusia terpusat pada diri sendiri: asal mulanya, keberadaan, dan tujuan akhir hidupnya. Pengenalan manusia terhadap segala sesuatu di diawali secara represif: makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain. Selanjutnya dikenal pula orang tua, saudara, dan orang lain dalam hubungan yang semakin jauh. Berkat perkembangan alam pikiran dan kesadarannya, manusia mulai mengenal makna masing-masing secara kritis. Kemudian kedudukan, fungsi dan keterkaitan antara satu dengan yang lain, yang membuat esensi dan eksistensi setiap hal menjadi semakin jelas. Pengenalan manusia kemudian berkembang menjadi semakin kreatif. Kreativitas ini memungkinkan manusia membuat makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain, dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitamya, termasuk juga menciptakan grup-grup sosial yang baru.

Selanjutnya dengan pemikirannya yang kritis dan kreatif manusia memikirkan dirinya sendiri, yaitu hakikatnya sebagai manusia. Hakikat manusia adalah makhluk Tuhan yang eksis dalam diri-pribadinya yang otonom, berjiwa-raga, dan berada dalam sifat hakikatnya sebagai makhluk individu yang memasyarakat). Pemaharnan tentang hakikat pribadi ini membuat manusia sadar akan adanya berbagai persoalan hidup yang justru bersumber dari kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhannya bagi setiap unsur hakikat pribadinya itu. Kemudian ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya tujuan hidupnya. Untuk itulah manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikirannya, dari yang mists-religius menuju ke ontologis-kefilsafatan, sampai akhirnya pada taraf yang paling konkret-fungsional.
Pemikiran yang mistis-religius (resepif) adalah menerima segala sesuatu sebagai kodrat Tuhan, di mana manusia tidak mungkin dan tidak perlu mengubahnya. Pemikiran yang konkret-fungsional bermakna bahwa dalam pemikiran itu terkandung suatu terobosan baru, yaitu adanya kreativitas penciptaan teknologi yang sedemikian rupa sehingga orang tidak harus mengikuti hukum alam, melainkan justru bagaimana hukum alam itu bisa dilampaui.

Pemikiran yang teknologis-fungsional sudah berkembang sampai ke taraf sosial budaya. Jalinan hubungan dengan sesama manusia telah berubah menjadi praktis, pragmatis, dan serba terbatas menurut tingkat keperluan minimal dengan ukuran utama kegunaan bagi diri pribadi.

Penalaran merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Dalam pernyataan itu terdiri atas pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lain ada batas-batas tertentu untuk menghindarkan kekaburan arti.

Dalam proses pemikiran ini perlu dipelajari terlebih dahulu unsure-unsur dari penalaran yang pada umumnya bertitik tolak pada materi yang dibicarakan. Unsur disini bukanlah merupakan bagian-bagian yang menyusun suatu penalaran, tetapi merupakan hal-hal sebagi prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu, karena penalaran adalah suatu proses yang sifatnya dinamis, tergantung pada pangkal pikirnya.

Dasar penalaran yang kedudukannya sebagai bagian langsung dari bentuk penalaran adalah pernyataan, karena pernyataan inilah yang digunakan dalam pengolahan dan perbandingan. Kalimat ada yang bermakna dan ada pula yang tidak bermakna, selanjutnya kalimat yang bermakna dibedakan menjadi lima jenis, yaitu kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, kalimat seru, dan kalimat harapan. Di antara jenis kalimat ini yang digunakan dalam logika adalah kalimat berita, karena kalimat berita dapat dinilai benar atau salah, sedangkan jenis-jenis kelimat yang lain tidak dapat dinilai benar atau salah.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusi pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan maerasa dan berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa hatipun mempunyai logika tersendiri, dan perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang sifatnya relatif, oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk memperoleh kebenaran itu juga berbeda untuk setiap orang. Ciri-ciri penalaran adalah: 1) Adanya suatu pola berpikir yang secar luas yang disebut logika, yakni proses berpikir logis yang bersifat jamak (plural) bukan tunggal (singular): dan 2) Penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikir, artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah.
Berdasarkan kriteria penalaran tersebut, masih banyak pola berpikir yang tidak termasuk logis dan analitis, yaitu perasaan yang merupakan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Namun kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, umpamanya intuisi.

Prinsip dasar pernyataan dikemukan pertama kali oleh Ariestoteles yang terdiri dari tiga prinsip yaitu:
1. Prinsip identitas, yang dikenal dalam bahasa latin dengan istilah Prinsipium identitatis. Prinsip ini berbunyi bahwa : sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri.” Dengan kata lain, “sesuatu yang disebut P maka sama dengan P yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain.”
2. Prinsip kontradiksi atau prinsipium contradictionis, menyatakan bahwa ; “sesuatu yang tidak sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan” atau “sesuatu pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama.” Dengan kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan P atau non P.”
3. Prinsip eksklusi tertii atau prinsipium exclusi tertii adalah prinsip penyisishan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga. Prinsip ini berbunyi , “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah,” dengan kata lain bahwa ,”sesuatu x mestilah P atau non P, tidak ada kemungkinan ketiga.” Arti dari prinsip ini adalah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, msesilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya, sifat P atau non P.

Di samping tiga prinsip yang dikemukakan oleh Ariestoteles di atas, seorang filsuf Jerman, Leibniz menambahkan satu prinsip lagi yang merupakan pelengkap prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (prinsipium rationis sufficientis) yang berbunyi: “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi. Dengan kata lain bahwa : “sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu.”

05 Desember 2011

Kepribadian Anak Berdasarkan Golongan Darah

Kepribadian Anak Berdasarkan Golongan Darah
By: Sri Hendrawati, M.Pd

Seringkali kita mengalami kesulitan dalam memahami keinginan anak2 kita di rumah maupun di sekolah, sehingga penanganan kita dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan perhatian kepada mereka menjadi kurang tepat, tidak efektif, dan tak jarang apa yang... kita lakukan hanya memboroskan energi dan hal ini tentu saja menjadi sangat melelahkan bagi kita.

Bagaimana memahami keunikan karakter anak2 yang beragam sehingga kita dapat menentukan formula yang tepat dalam membimbing mereka menjalani kehidupannya?

Masahiko Nomi melakukan berbagai riset selama bertahun-tahun untuk mengetahui keterkaitan antara kepribadian seseorang dengan golongan darahnya. Upaya tersebut diteruskan oleh Toshitaka Nomi (anak kandung Masahiko) dengan melakukan serangkaian riset yang tak putus-putusnya hingga pada tahun 1982 ia mempublikasikannya dalam dua buah buku yang berjudul “Ketsuekigata tsukiai souseigaku” dan “Ketsuekigata omoshiro dokuhon”. Dalam versi lain, Toshitaka Nomi menulis buku “Touch my heart”

Ingin tahu lebih banyak mengenai karakter anak2 bergolongan darah O, A, B, dan AB?
Berikut ulasan singkatnya.

a. Golongan Darah O
Karakteristik Temperamen Anak Bergolongan Darah O
• Gairah hidupnya sangat tinggi
• Suka mengatakan hal-hal yang romantic, terlalu memuji
• Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya
• Ekspresi dan pola pikirnya diungkapkan dengan tidak berbelit-belit
• Memiliki rasa percaya diri dan ekspresi diri yang kuat
• Memilih teman yang dilandasi oleh adanya hubungan kekuasaan yang kuat
• Mudah tersentuh ataupun tersinggung, tetapi hal itu tidak memiliki efek yang berlangsung lama.

Tindakan yang Terlihat pada Anak
• Bersahabat, anak yang manis tutur katanya (suka memuji untuk mendapatkan sesuatu), anak yang berkelakuan buruk karena kurang disiplin (manja)
• Menyenangi kontak fisik
• Memiliki keinginan yang sangat kuat untuk memonopolo orang dan benda
• Pandai membuat cerita
• Sangat antusias untuk makan
• Sangat peduli terhadap kemenangan dan kekalahan

Cara praktis membimbing anak bergolongan darah O
• Agar tidak tampak berlebihan dalam menyikapi kesalahannya, tunjukkan pula tindakan yang penuh kasih sayang.
• Bantu dia untuk menunjukkan kemampuannya dalam menolong orang lain
• Berikan ekspresi cinta dalam wujud kontak fisik
• Karena mudah sekali menerima pengaruh sejak masa balita, beritahukanlah mana yang baik dan mana yang buruk. Berikanlah bimbingan yang benar-benar tepat.
• Jika hendak menegur atau mengingatkan anak atas perilaku negatifnya maka tunjukkan sedikit kemarahan saja dan jangan lupa untuk mengatakan, “karena saya mengasihi kamu”

b. Golongan Darah A
Karakteristik Temperamen Anak Bergolongan Darah A
• Memiliki keinginan yang kuat utuk membantu, baik itu untuk sesuatu hal ataupun untuk orang lain.
• Sensitive terhadap perubahan lingkungan sekitar, juga terhadap orang lain.
• Dapat mengontrol emosi dan keinginan, mempertimbangkan baik-baik agar tidak terjadi pertentangan
• Menghargai aturan dan metode
• Dengan aksinya ingin membuat perbedaan dengan orang lain
• Melangkah setahap demi setahap dengan penuh kehati-hatian
• Perfeksionis, peduli akan masa depan

Tingkah laku yang terlihat pada anak bergolongan darah A
• Memiliki keinginan kuat untuk membantu
• Berkelakuan baik
• Bisa bekerja sama saat melakukan aktivitas bersama oranglain
• Sangat menjaga apa yang sudah ditetapkan, diajarkan, dan diinstruksikan
• Dapat memberikan laporan atas apa yang telah terjadi secara detail
• Sensitif terhadap perkataan orang-orang di sekelilingnya.

Cara praktis membimbing anak bergolongan darah A
• Bersikaplah sabar kepadanya
• Anak ini memiliki dedikasi dan keinginan yang kuat untuk membantu
• Jagalah jangan sampai anak kehilangan kepercayaan diri. Bagaimanapun caranya, bangunlah rasa percaya diri itu sedikit demi sedikit.
• Berikanlah pengarahan walaupun untuk itu memerlukan waktu agar dia tidak terombang ambing.
• Cara yang baik untuk menegurnya jika anak melakukan hal negative adalah pertama-tama puji sisi baiknya, setelah paham akan persoalannya, beritahukanlah kekurangannya secara baik-baik.

c. Golongan Darah B
Karakteristik Temperamen Anak Bergolongan Darah B
• Karena ingin senantiasa melakukan sesuai dengan apa yang disukainya (my phase), maka mereka tidak suka dibatasi.
• Berpikir dengan cara yang fleksibel, kaya akan ide, pemikiran praktikal
• Mudah membuka hati untuk orang lain, memiliki keterbukaan
• Luas kesenangannya sangat besar
• Optimis terhadap masa depan
• Dalam hal apapun tidak terlalu ingin membuat perbedaan
• Karena memiliki rasa kemanusiaan, kurang suka terhadap simpati yang berlebihan.

Tingkah laku yang terlihat pada anak bergolongan darah B
• Memiliki ide-ide yang berani, bebas dan unik
• Antusias terhadap apa yang disukainya
• Walaupun bersama-sama dengan orang lain dalam kelompoknya, biasanya mereka melakukan aktivitasnya sendiri
• Ekspresi aktivitas yang naïf
• Pemalu
• Tidak bisa stabil, tidak mau dikontrol

Cara praktis membimbing anak bergolongan darah B
• Fasilitasi anak dengan aktivitas dan ide yang leluasa dan fleksibel.
• Berikan pujian pada saat mereka sedang melatih kemampuan dan talenta mereka.
• Bimbing anak agar dapat menjaga hukum sosial sejak dini dan ajarkan hal-hal penting dengan sabar.
• Karena intonasi suara yang keras tidak terlalu berdampak buruk baginya, ajarkan suatu hal berkali-kali tanpa kenal lelah.

d. Golongan Darah AB
Karakteristik temperamen anak bergolongan darah AB
• Memiliki pemikiran rasional. Tetapi kadang pada sisi dimana ia tertarik, ia cenderung bersifat marchen (seperti di dunia dongeng).
• Memiliki dua sifat yang menonjol, yaitu sisi cool yang stabil dan juga sisi caprice (berubah tiba-tiba) yang tidak stabil
• Terhadap orang lain bersikap lembut dan baik hati, pandai membuat keputusan terhadap suatu situasi, tidak suka sikap yang cenderung menyanjung dalam suatu hubungan
• Memiliki objektivitas yang tinggi, berbakat dalam membuat pertimbangan yang berdasarkan analisis.
• Membenci kemunafikan, senang melayani
• Tidak melekat terhadap suatu barang, keinginannya sederhana.
• Pemikirannya adil dengan bermacam-macam pertimbangan.

Tingkah laku yang terlihat pada anak bergolongan darah AB
• Sejak masih kecil tidak terlalu manja (bertingkah yang menunjukkan dirinya tidak bahagia) maupun menangis menjerit-jerit.
• Anak yang pemalu tapi sekaligus juga anak yang ceria dan penuh rasa humor, lucu.
• Pengertiannya terhadap sesuatu sangat cepat.
• Memiliki kebiasaan berfantasi.
• Ketertarikannya pada sesuatu bisa saja terlihat tipis, tapi tidak melekat terhadap satu hal.

Cara praktis membimbing anak bergolongan darah AB
• Fasilitasi dengan kegiatan yang dapat mengoptimalkan perasaan yang lembut terhadap orang maupun alam, keinginan untuk melayani di lingkungan social.
• Berikan penghargaan pada upayanya meskipun nampak kecil.
• Dalam segala hal cenderung simple karena walaupun memiliki kemampuan tetapi tidak tahu cara memaparkannya. Oleh Karena itu dengan segenap tenaga, pikirkan cara memberikan tuntunan yang baik.
• Walaupun orangnya pemalu, namun saat bertumbuh dewasa, ia akan belajar dari diri sendiri. Jadi akan lebih mudah kalau secara langsung mengajarkan kepadanya untuk mengerti perasaan orang lain dengan hati yang tulus.
• Pada saat anak menunjukkan perilaku yang negative, jangan membentak dan memarahi tanpa belas kasih karena ia memiliki kemampuan untuk mengerti, berikan pengertian dengan mengajaknya berdiskusi. Hanya saja berhati-hatilah, jangan sampai menjawab terlalu enteng.